Belakangan ini kemampuan dan mood
menulis gue benar-benar turun drastis. Sejak selesai nulis skripsi, untuk berhadapan dengan laptop pun gue enggan. Bosen. Sempet nganggur
berbulan-bulan juga laptop gue. Ditambah sambungan nirkabel di rumah gue udah
diputus sejak 5 bulan lalu. Makin nggak kepake laptop ini, makin nggak keurus
blog gue. Kangen sih, nulis lagi. Entah kenapa tangan gue jadi cepet pegel kalo
nulis di buku harian. Sekarang buku harian gue juga nganggur. Ada bagusnya,
sih. Itu tandanya gue lagi nggak galau atau mikirin banyak hal.
Walaupun nggak rutin nulis, tapi
kadang gue suka nyoret-nyoret buku harian. Kalo udah nggak bisa ngerangkai kata
lagi, bisa satu halaman gue abisin untuk nulis hanya dua atau tiga kata yang
saat itu benar-benar menggambarkan perasaan gue. Nggak tau kenapa dengan nulis
atau nyoret-nyoret gitu doang, semua perasaan dan pikiran gue tersalurkan
hingga membuat gue merasa agak lega setelahnya. Gue rasa itu cara gue
memulihkan diri gue dari beban pikiran, yang gue lakukan dari dulu sebelum ada
Ai. Sekarang udah ada Ai, juga kadang gue masih suka nulis.
Suka ngerasa malu juga sih,
sering bilang suka nulis tapi tulisannya kayaknya nggak pernah ada yang bagus. Gue
nulis emang bukan untuk gimana-gimana. Gue nulis sesuka gue, apa yang mau
gue tulis, apa yang gue rasain. Kalo lo pengacara (pengangguran banyak acara),
bener-bener nggak ada kerjaan ternggak-penting dari yang ternggak-penting untuk
perhatiin blog yang nggak penting ini, mungkin lo bisa nemuin perbedaan gaya
tulisan di beberapa postingan gue. Hahaha.
Terus gue menemukan cara lain
lagi untuk ‘berbicara’. Lewat foto. Udah lama gue menyukai dunia fotografi tapi
nggak terlalu berniat untuk menyeriusinya. Meski begitu, nggak mengurangi
langkah gue untuk tetap belajar. Di waktu senggang, gue sering scrolling
Instagram. Awalnya postingan gue random. Tapi sekarang, kok kayaknya nggak rapi
diliat di profil guenya. Jadi gue memutuskan untuk memosting foto yang
Instagram-able. Gue lebih suka foto-foto landscape, sih sebenernya. Akun Instagram
yang menginspirasi gue itu @amrazing, @pergidulu, @trinitytraveller, @felecool,
dan @kapsore. Sebenernya banyak yang foto landscape-nya bagus-bagus, tapi biar
nggak kebanyakan dan malah jadi bosen dan mainstream, gue mendingan follow segitu
aja. Setiap ada postingan baru dari mereka dan gue suka, selalu gue like. Yang paling
sering muncul itu postingan dari @felecool. Berdasarkan hasil stalking-an gue,
si @felecool ini berdomisili di Denmark. Foto-fotonya sebagian besar adalah
landscape. Gue selalu terkesima sama hasil capture-annya yang heavy-breathing
dengan warna-warna yang nggak berlebihan. Kan ada tuh yang suka di HDR-in hasil
fotonya. Nah si @felecool ini pas. Pas aja gitu. Trus kalo @kapsore, gue suka foto-fotonya yang ‘hidup’ walaupun
dengan warna-warna yang soft. By the way, @kapsore ini mengambil
gambar-gambarnya hanya dengan kamera iPhone-nya lho. Di situlah gue merasa gue
harus follow dia. How he can take those amazing pictures with just an iPhone
camera! Well, gue mengakui kualitas kamera iPhone itu memang bagus. Tapi rasanya,
kamera sebagus apapun, kalo nggak punya ‘good eye’, hasil fotonya yaaa biasa
aja. Nah, gue mencoba belajar untuk mendapatkan ‘good eye’ itu. Untuk @amrazing,
@pergidulu, sama @trinitytraveller pasti udah pada tau dong ya. Ngehits banget
gitu mereka. Hahaha.
Apa? Pengen stalking akun Instagram
gue?