Pukul 10.00, kapal berlabuh di dermaga pulau yang kami tunggu-tunggu, pulau Tidung. Pintu keluar kapal seolah-olah jadi pintu ajaib yang akan membawa kami ke tempat ajaib, yang selama ini cuma bisa dibayang-bayangin aja. Revi setelah puas sama tumpeh-tumpehnya, lemes, ngga bisa ngomong apa-apa. Mukanya, kocak.
Angin menyapa, mengirimkan aroma air laut yang khas
Kita... sudah sampai di Tidung!
Turun dari kapal, di sambut dermaga Tidung dengan banyak pekerjanya. Dermaga Tidung lagi di renovasi. Waktu itu dermaga lagi sepi turis. Cuma ada beberapa kelompok turis yang keliatan, turis domestik. Sepi, soalnya bukan musim liburan sekolah. Di sana kami stay di rumah neneknya Ika yang lagi kosong.
Setelah sampe rumah, kami langsung taro barang-barang di lantai, rebahan di kursi, meluruskan kaki, mengendurkan otot-otot yang tegang. Ika menyalakan kipas angin, tapi kok, ngga nyala. Kabel udah terhubung ke stop kontak, tapi kok masih ngga nyala. Oh mungkin mati lampu, mungkin sekringnya turun. Cek sekring tapi ngga ada perubahan apa-apa. Kesimpulan, lagi mati listrik semua. Untuk memastikan, gue, Dian, dan Wahyu, ikut Ika nemuin saudaranya yang rumahnya ngga jauh dari rumah. Setelah konfirmasi, ternyata emang seluruh pulau lagi mati listrik sejak semalam yang katanya akibat angin kencang. Parahnya lagi, katanya listrik akan mati selama 2 hari. Kami balik lagi ke rumah, karena kelaperan usai perjalanan tadi, kami masak mie instan untuk makan siang. Setelah makan, saudaranya Ika, bang Yudi, dateng. Kami tanya lagi kira-kira listrik bakal nyala kapan, itu kita udah kebetean karena capek, ditambah listrik mati.
I: "kira-kira listrik matinya berapa lama ya?"
Y: "waduh, ngga tau, bisa sampe 2 minggu."
I, L, D, R, W: "ha? yang bener aja..."
Gile, 2 minggu mati listrik?! Kami udah hopeless banget tuh. Kami mikir, kalo itu bener, kami bakalan langsung pulang besok.
Y: "tapi ngga tau juga. Besok atau mungkin ntar sore udah nyala."
Walaupun udah dijawab begitu, kami masih merasa bother. Kami cuma bisa duduk dengan pasrah waktu itu. Nggak lama, bang Yudi dateng lagi dan ngasih tau kalo listrik bakal nyala jam 10 malam. Masih lama sih, tapi lumayan memberikan angin segar dalam kebetean.
Akhirnya kami habiskan siang itu dengan jalan-jalan ke pantai, setelah mengepel lantai dan beli lilin.
Sorenya kami pulang. Listrik belum nyala juga. Terpaksa kami menyalakan lilin. Mandi dengan air yang tersisa dengan lilin sebagai penerangnya. Gue yang waktu itu bawa ayam ungkep buat acara bakar-bakaran, khawatir ayamnya membusuk karena seharian ngga masuk kulkas.
L: "cuy, gue takut ayamnya busuk nih, ntar belatungan. Goreng aja apa ya?"
I: "yah... iya ya? Ya udah goreng aja."
D: "ngga jadi bakar-bakaran dong ya berarti?"
Kami masak untuk makan malam dalam kegelapan. Semuanya ngumpul di dapur, penerangan ditambah, lilin, dan senter yang dibawa Revi. Then here we are on the 'epic' candle light dinner.
Setelah itu kami tidur dan terbangun tengah malam setelah listrik nyala. Kami nonton tv yang isinya berita olahraga, berita kriminal, berita kecelakaan, dan film horor yang tinggal endingnya aja, sampai akhirnya kami tertidur lagi.
Ika: "sumpah, ini pertama kalinya gue ke Tidung trus mati listrik!"
No comments:
Post a Comment