September 17, 2010

it's about rain

Siapa yang nggak tahu hujan?
(bukan rain artis korea loh)

Air di seluruh permukaan bumi yang berevaporasi sehingga membentuk titik-titik air di udara yang kemudian disebut awan. Awan yang sudah terlalu banyak mengandung titik air akan menjadi awan mendung dan jika sudah tidak tertampung lagi, waktunya untuk presipitasi. Presipitasi inilah yang sering kita sebut dengan hujan. Ya, hujan, dengan banyak cerita di dalamnya.

Menurut cerita, orang Cina sangat senang manakala hujan turun, karena hujan, menurut mereka, merupakan pembawa rezeki. Dan sepertinya setiap tahun baru Cina, Imlek, hujan selalu turun. Dan menurut gue, nggak cuma orang Cina aja yang menganggap hujan itu rezeki. Semua orang menganggapnya begitu. Bayangkan musim kemarau panjang yang menimbulkan banyak masalah di sana-sini. Kita semua pasti berdoa memohon hujan turun. Tukang jas hujan, pabrik payung, tukang payung, tukang benerin payung, tukang ojek payung, dan tukang-tukang lainnya serta semua orang yang profesinya mendapatkan banyak berkah dikala hujan, pasti sangat mendambakan hujan.

Hujan juga merupakan seni. Banyak fotografer yang ingin sekali mengabadikan butiran-butiran air itu. Walaupun gue bukan fotografer, tapi gue juga suka ngambil gambar hujan. Yah, hasilnya sih nggak sebagus fotografer profesional. Alhamdulillah kalo ternyata, nggak sengaja, ada yang--setidaknya menurut gue--bagus. But, ada yang lebih penting dari sekedar bagus atau nggak bagus.

Hujan juga bisa jadi obat yang ampuh buat ngilangin stres. Just try to go outside then feel it on your skin. Hujan akan bikin kita merasa sedikit senang dan tenang. Ya iyalah, orang main ujan-ujanan bareng temen-temen, jadi bisa sambil ketawa, kan jadi seneng. Hahaha. Nggak, emang bisa bikin tenang, gue pernah nyoba. Yah, asal nggak lama-lama aja sih kalo nggak mau masuk angin, pilek, bersin-bersin, dan kawan-kawannya itu. Atau, liatin aja hujan dari balik jendela kamar, akan ngasih sensasi tersendiri buat otak kita. Dan kita akan ngerasa rileks setelahnya.

Yah, namanya nggak ada yang sempurna, hujan juga bisa jadi bencana. Banjir, tanah longsor, badai, angin topan, dan teman-temannya itu. bencana ada sebagai teguran untuk manusia. kalau manusia dihadapkan dengan bencana, berarti ada yang salah dengan manusia tersebut.

Hujan bisa menceritakan banyak hal. Banyaaak sekali. Dan gue, dapet banyak cerita dari hujan. Mungkin setiap orang punya ceritanya masing-masing yang mereka dapatkan waktu hujan.

Iya, gue suka hujan. Gue pernah waktu sekolah dulu (jah, mentang-mentang udah kuliah, berasa tua), gue bolos. Gue berangkat pas awan gelap banget, bentar lagi turun hujan (sengaja gue berangkat di cuaca seperti itu). Gue berangkat dengan penuh sukacita karena mendung, gue suka ngeliat awan mendung, keren. Berangkatlah gue. Dan seperti yang gue inginkan, di jalan turun hujan, gue kehujanan. Gue basah kuyup banget waktu itu, lagi-lagi seperti yang gue inginkan. Alhasil gue nggak jadi ke sekolah. Gue puter balik dan main ujan-ujanan di jalan. Gue ketawa-ketiwi kedinginan sambil mengendarai motor kesayangan. Gue ngerasa bebas banget. Hahaha. Biarinlah gue alfa sekali di kelas. Dan pas gue masuk keesokan harinya, yang nggak masuk waktu itu cuma gue doang. Hahaha.

Iya, gue suka hujan. Gue suka atmosfirnya. Gue seperti menemukan diri gue. Bikin gue tenang. Seolah-olah nggak ada yang perlu gue khawatirkan di dunia ini waktu mandangin pouring rain itu. Hujan bikin gue merenung sendiri. Sering gue berimajinasi tentang hujan. Ah, entahlah, sulit buat gue untuk mendeskripsikannya.

Iya, gue suka hujan…
Till heaven stops the rain…

September 16, 2010

bus way apa transjakarta sih?

ini tulisan nggak penting sih, cuma ya gue pengen nulis aja soalnya suka kepikiran juga sih (ngapain juga beginian dipikirin).

jadi gini, tiap gue mau naik transportasi andalan di Jakarta itu gue selalu misunderstand. yah mungkin nggak cuma gue aja. temen-temen dan orang-orang kebanyakan juga kayaknya banyak yang misunderstand.

"eh naik bus way aja yuk."

padahal kan nama bisnya itu transjakarta, bukan bus way. bus itu bis, way itu jalan, jadinya kan jalanan bis. hayo... masa naik jalanan bis?

maka dari itu teman-teman, mari kita biasakan untuk menyebutnya dengan sebutan transjakarta. horee...

ah udah kebiasaan bilang bus way, cha.
pokoknya transjakarta...
ga enak, enakan bus way, nggak kepanjangan
transjakarta!
bus way!!
transjakarta!!!
bus way!!!!

yah, sepertinya penulis sedang berantem dengan dirinya sendiri di cermin (gila dong?). jadi ya terserah kalian sajalah mau nyebutnya apa. yang jelas, dukung terus transportasi umum, biar Jakarta nggak macet.

September 08, 2010

impian

ini gue dapet waktu ESQ Masa Pengenalan Akademik Universitas Negeri Jakarta. gue excited banget pas tau pembicaranya itu adalah mahasiswa salah satu universitas di Jepang. namanya Kak Danang (gitu dipanggilnya). beliau mahasiswa lulusan Institut Teknologi Bandung (tahunnya lupa) terus melanjutkan studi di Utsunomiya University, Jepang.

kak Danang memulai motivasinya dengan slide-slide yang udah disiapkan. Pembuat Jejak. itu yang gue liat di slide pertama. terus beliau menerangkan bagaimana sebuah kesuksesan dapat terwujud hanya melalui sebuah impian. beliau punya cara sendiri, yaitu dengan menuliskan mimpi-mimpinya di atas kertas. beliau nggak peduli kalo kebiasaannya itu ditertawakan teman-temannya. beliau tetap menulis dan satu persatu diwujudkan. apapun, apapun mimpinya beliau tulis, lalu beliau wujudkan satu-persatu. gue denger kalo beliau sudah melakukan kebiasaan menulis mimpi-mimpinya itu sejak tahun 2004 dan sudah ada kurang lebih 3000 mimpi yang beliau catat hingga saat ini. dan sekarang, mimpi itu terbukti dengan berhasilnya beliau melanjutkan studi di luar negeri. gue amaze banget. apalagi waktu slide-slide-nya itu mulai diputar dengan soundtrack lagu Jepang yang waktu itu menurut gue keren banget, bikin semangat orang yang dengernya. lalu gue sadar, kalo gue udah termotivasi.


I = iringi tindakan dengan niat yang baik
M = mulailah dari yang sederhana
P = potensimu segera temukan dan aplikasikan
I = ikhtiar dengan penuh keikhlasan
A = amati, tiru, modifikasi
N = nikmati semua proses serta hasilnya

kenapa gue begitu excited?
karena gue punya obsesi. ya, gue terobsesi sama negara matahari terbit itu. gue sangat ingin ke sana. amat sangat ingin ke sana. walaupun di pikiran gue, gue pengen ke sana masih cuma untuk sekedar jalan-jalan dan melihat-lihat. tapi gue suka, entah kenapa. gue suka belajar bahasanya. sangat suka. walaupun gue bukan anak Bahasa Jepang, tapi gue masih suka pelajarin sendiri bahasanya.

dan apa yang Kak Danang sampein itu jadi motivasi gue. domo arigato buat beliau yang udah nyempetin hadir ke acara MPA Fakultas waktu itu. tau nggak, sebenernya, itu kesempatan terakhir beliau untuk bisa ngisi acara di universitas di Indonesia, karena beliau harus balik lagi ke Jepang. aaahhh... Jepang, kapan ya gue bisa ke sana...?

September 07, 2010

changi airport

wah, waktunya pulang. di changi, waktu tau ada hotspot, gue langsung online. 2 hari stuck nggak bisa sms, telpon, dan online berasa kayak orang jaman batu. hahaha. kangen banget gue sama yang di Indonesia. tapi gue belum mau pulang. hah, aneh.

two thumbs up buat changi airport. bandaranya bersih banget. ah, pokoknya rapi deh, ah, nggak tau ah...



time to go home...

oke, kali ini gue capek nih posting-nya. postingan terakhir ini agak berantakan deh kayaknya. well, it was such a new experience. gue sangat berterima kasih sama pakde, bude, dan sepupu-sepupu gue yang udah ngajak gue jalan-jalan ke sana. kalo kayak orang udik maap ya, soalnya emang baru pertama kali sih, jalan-jalan ke luar. hehehe. maaf kalo udah banyak ngerepotin. tapi pasti banyak ngerepotinnya deh..

makasi juga buat yang udah baca malay-singa gue dari awal sampe akhir. kalo ada yang kurang jelas maap-maap aja ya, soalnya lagi latihan nulis juga. hehehe...
malay-singa closed...

merlion

di Merlion...
cuma buat foto-foto sih. lagi ujan pula...





sekilas tentang Singapore dan Merlion...


Singapore in ancient times was known as Temasek or Sea Town. it was then, as it is today, a busy trading center.

destroyed at the end of 4th century AD, the island was rediscovered again in the 11th century AD by Prince Sang Nila Utama of the Sri Vijaya Empire. upon his landing, he saw a strange beast which he later learnt was a lion. he immediatelly named the island 'Singapura' a Sanskrit word for Lion City.

the Merlion symbolises in its fish body the ancient city of Temasek, and its lion head, the legend of its discovery.

last day sing a pore

hari terakhir di Singapore. tiba-tiba ngerasa nggak mau pulang. mbak epi bilang, betah ya? emang tau kalo udah di sini rasanya nggak mau pulang. haha. mbak epi itu bahkan udah lebih sering ke Singapore daripada gue, masih bisa bilang gitu. gue dan mbak epi mutusin buat poto-poto dulu sambil nunggu yang lainnya.





sarapan pagi di food court, terus beli oleh-oleh lagi...

abis itu baru deh kami jalan ke Merlion sebelum ke bandara.

bugis street

tidur-tidurannya nggak lama. abis mandi (mandi yang bener-bener lama) kami jalan lagi sekalian makan malam. di depan hotel ada halte bis. kami berencana naik bis ke Bugis Junction. sempet bingung naik bis yang nomor berapa. akhirnya nanya sama orang yang lagi nunggu juga. gue nggak nyimak tuh, gue asik foto-foto.



haha. nggak lama gue nyamperin karena keliatannya udah mulai pada bingung (sok banget). pas gue nimbrung, kok orang yang ditanyain logatnya aneh. dalam hati gue tebak dia orang Vietnam. abis itu gue jawab yes yes aja kalo nggak gue diem. nggak ketebak apa yang dia omongin. jadi gue mengendap-endap menjauh. wekekek.

bis udah dateng. nomor bisnya kalo nggak salah 125 yang lewat Bugis. okeh kami pun naik. pakde bayar ke supir bisnya. tapi nggak bisa soalnya harus uang pas. yaudah kami turun lagi, memutuskan untuk naik taksi aja. kami tunggullah taksi itu. kali ini nggak apa-apa nunggu di pinggir jalan soalnya masih di depan hotel.

lama. taksinya bukan nggak ada, tapi penuh. taksi di sana ada notifnya di atas kap mobil. kalo ada penumpang tulisannya 'busy' warna merah. kalo udah ada pesenan tulisannya 'on call' warna kuning. kalo kosong tulisannya... aduh lupa, pokoknya warna hijau. tapi dari tadi gue nunggu yang lewat kebanyakan busy kalo nggak on call. setres.

setelah bosen nunggu (bener-bener bosen sebosen-bosennya) dapet juga taksi kosong. sebelumnya sih ada, tapi biar pakde, bude, ubed, dan uton duluan yang naik. kami, rombongan taksi kedua yang nunggunya lama. tapi sudahlah, yang penting sekarang udah duduk di taksi.

sampailah kita di Bugis Junction. tapi kok, sepi? Bugis Junction itu diibaratkan kayak Grand Indonesia. karena di situ sepi, kami nyebrang sedikit ke Bugis Street. di Bugis Street kami mulai berpencar nyari oleh-oleh.


lumayan lama belanjanya. gue bingung mau beli apa. sepupu-sepupu gue kok bisa ya belanja banyak banget... tapi ujung-ujungnya gue beli juga. yah, masa udah jauh-jauh ke sini nggak beli apa-apa.


udah selesai belanja, kami pulang. kayak biasa, nungguin taksi lagi. kayak biasa juga, rombongan taksi pertama duluan karena emang dapet taksi duluan. dan kayak biasa lagi, taksinya jarang yang kosong. mikir kalo nunggu di Bugis Street kayaknya nggak bakal dapet-dapet nih, udah malem juga soalnya. jadi kami nyebrang lagi ke Bugis Junction yang ada tempat ngantri taksinya.



pas nyampe di antrian, bukannya seneng malah tambah capek, soalnya antriannya panjang. hadeh... yaudah lah, daripada nggak pulang, ikut ngantri aja. kali ini bener-bener lama. mungkin ada sekitar satu setengah jam kita nunggu.


kalo nggak salah jam 12 malam kami baru dapet taksi. bener-bener lama banget rasanya. capek banget nunggunya. di taksi semua diem, kecapean. rombongan taksi pertama yang tadinya janjian di tempat makan malahan sampe udah pulang duluan. pas sampe hotel kami makan. untung dibeliin makanan. kalo nggak, nggak makan deh.

nggak kerasa udah jam setengah 2 pagi. tapi bener deh, kok kayak masih jam 9an gitu. nggak mikir lama-lama, gue tidur...

hotel nilai

naik taksi ke hotel. nama hotelnya Value, Value Hotel. kami terpisah di dua taksi, karena satu taksi nggak bakal muat diisi 8 orang. gue barengan sama adek gue (adit) dan dua sepupu gue (mbak epi, mas agam). okeh, jalan. eh nggak sih, naik taksi. ngobrol-ngobrol sama supirnya, tapi pas diajakin ngomong pake bahasa Melayu kok ya nggak ngerespon. si supir ketawa dan bilang kalo dia nggak bisa bahasa Melayu pake bahasa Melayu (loh?). iya, katanya cuma sedikit-sedikit ngerti. jadi percakapan dilanjutkan dengan bahasa Inggris. lumayan lah buat latihan conversation, walaupun cuma ngomong satu-dua kata. hahaha.

sebuah gedung bertingkat bertuliskan Value Hotel udah keliatan dari kejauhan. oh, itu hotelnya kami pikir. rombongan yang ada di taksi pertama (pakde, bude, ubed, uton) bilang, katanya mereka nunggu di hotel duluan. kami turun di depan hotel itu. tapi kok ya sepi? padahal taksi pertama tadi kayaknya jalan duluan. alhasil kami nunggu di sana. mungkin taksi pertama belum dateng. tapi kok lama ya? mas agam ngecek ke seberang jalan. nggak balik-balik. mbak epi ngikutin, ngecek mas agam kenapa nggak balik-balik. tapi mbak epinya juga nggak balik-balik. tinggallah di situ gue, adit, dan supir taksi yang nunggu dibayar. gue bingung. gue bisa aja bayar. tapi uang gue ringgit semua, sebagian rupiah, belum dituker. adit bilang mau ngecek mbak epi, gue larang mentah-mentah. terus gue ditinggal sendirian gitu? nggak! nggak! okelah, jadi sekarang gue harus cari money changer. tapi gue tau kalo di sini gue orang asing, jadi gue nggak mau sok tau. gue tanyalah ke supir taksi.
L : can you tell me where the money changer is?
TD : (ketawa) i don't know...
L : oh, i just have ringgit. can i... use ringgit? (ragu kalimat ini bener apa nggak)
TD : i don't think, but it's SGD 5.40, how much in ringgit? (menjulurkan struk harga; bayar taksi aja pake struk. rapi banget sih Singapur)
L : umm... i don't know
lalu mbak epi dateng, mas agam juga. mas agam dapet kabar, katanya hotelnya bukan yang di sini. okeh kami naik lagi ke taksi.

di taksi supirnya cerita kalo ternyata Value Hotel tuh ada tiga (pantesan tadi mukanya agak bingung gitu). heleh...

dan akhirnya sampailah di Value Hotel yang kayaknya ini yang paling jauh. Value Hotel di Balestier Road. haa bisa istirahat juga...

itu mbak epi...
eh ini maksudnya bukan promosi loh...

orchard rd

oh jadi kami ke orchard road. oh jadi ini jalanan yang waktu itu kebanjiran. oh jadi tempatnya kayak gini. oh...

haha, sampe sana dalam hati gue cuma bisa ber-oh ria. orchard road kalo di Jakarta tuh kayak tempatnya Senayan City yang berseberangan sama Plaza Senayan. banyak mall. tapi enak aja, nggak macet, walaupun manusianya tetep banyak. dan ternyata kami berhenti di salah satu mall di sana. et, tapi berhentinya nggak sembarangan loh. ada tempat pemberhentiannya khusus buat taksi. nanti kalo mau naik lagi, harus ngantri. ada tempat antriannya. dan kalo gue nggak salah, di Senayan City juga ada tempat antri taksi kayak gitu.

sepupu gue sebel soalnya kami nggak ke hotel dulu. iya, jadi koper-koper itu tetep kami bawa sambil makan siang di sana.


ini gue kekenyangan banget, sumpah.

haa...
udah kenyang, kami jalan lagi. kali ini kita udah dapet tempat buat tidur nanti malam.

ngantri taksi...
kecapean...

sing a pore

okeh gue lanjutin lagi ke cerita malay-singa yang sempet keputus gara-gara nyiapin buat kuliah dan agak males juga sih nge-post nya.. hehe..

ow ow ow, ternyata kami sudah sampai di terminal bis di Singapur (nama terminalnya lupa, kenapa sih, gue nggak memperhatikan itu? ckck). dengan keadaan yang setengah sadar karna ngantuk, gue bingung lagi ada di mana. tiba-tiba (pas gue bangun) supir nyuruh cepet-cepet turun buat check in, ngurus kartu imigrasi (lagi).

muka-muka ngantuk. diambil waktu naik eskalator.

proses check in itu berlangsung cepet banget karena kami cuma dikasih waktu 25 menit kalo nggak mau ketinggalan bis. mau nggak mau semuanya buru-buru kayak ngejar maling. yang mau ke toilet pun harus cepet-cepet. ngantuk gue ilang seketika.

bis-nya jalan lagi. sekarang gue nggak tidur, diem ngeliat ke luar jendela. nggak tau apa yang gue pikirin waktu itu. terus nggak lama, bis berenti lagi. ternyata kami udah sampe di tempat pemberhentian paling akhir bis. kami turun dari bis dan perbedaan suhu yang kontras terasa. tadi di bis kedinginan, pas turun kepanasan. iya, panasnya sama kayak di Jakarta.

gak tau ini maksudnya apa, gue asal poto aja

nggak tau banyak sih, tapi ini portal buat taksi. sebelum taksi beroperasi, supirnya harus absen dulu di sini. semacam alat sensor tanda pengemudi


nggak ngerti apa maksudnya. hanya membuang-buang waktu dengan berfoto sambil menunggu pakde yang lagi nyari travel. tas yang gue pake itu isinya buah durian yang dibeli di China Town waktu di Malaysia. baunya yang semerbak menghebohkan penghuni hotel yang kami tempatin di Malaysia, terutama lift-nya. bener aja, baunya nggak ilang sampe keesokan harinya.

oke jadi selanjutnya kami naik taksi. karena gue belum tau, jadi gue ikutin aja saudara-saudara gue mau ke mana. ya kalo gue jalan sendiri gue bakalan lost in singapore. eh tapi seru kali ya..
hahaha...

September 05, 2010

rubik

ya ini rubik, tapi bukan rubik biasa. ini rubik 3x3. em, oke, bukan rubik 3x3 biasa. banyak cerita terlahir darinya. banyak banget. terlalu banyak mungkin jadi gue nggak bisa menceritakannya di sini. atau... terlalu sulit untuk dijelaskan? atau... gue yang nggak bisa menjelaskan? atau... gue yang berlebihan? well, i will never ever forget all the things related to this thing.

私は彼を失うことを恐れている女の子になりたい
彼はすぐ彼女が怒っている知ってから歩くことができない1つ、
1つの眠っている彼女の声最終彼は聞くことなく落下することはできません、
自分が..なしでは生きていないことができます

September 03, 2010

sigh...

aku berlari...
terus berlari...
di keramaian aku merasa sepi...

aku berlari...
terus berlari...
lalu tersadar,
aku berlari tanpa kehendak hati...

cry, cry, and cry
blame, blame, and blame
i cry
i blame myself
i cry of blaming myself

lean
i need to lean on
pour
to pour all my tears

what's wrong with me?
i don't feel like me. i hate of hating myself. this is not me. i feel like i wanna give up...