December 02, 2021

Bittersweet Hot Chocolate - The Short Story

 

"...ya udah, gimana kalo nanti sore? Jam 4?"
"Deal!"
"Okay, then. See you."

Percakapan pagi itu.

Lupa awalnya ngebahas apa sampe akhirnya janjian untuk ketemu. Cuma berdua.

Tunggu. Apa ini? Kenapa gue deg-degan? Ini kan, masih jam 9 pagi. Dan, kenapa gue merasa sangat excited?!

Kemudian gue merasa canggung dan bingung mau pakai baju apa.

Apa-apaan, sih? Kan, tiap weekend juga sering ketemu. Tapi kenapa kali ini bikin deg-degan dan bikin canggung banget? Dulu, waktu sekolah juga ketemu setiap hari. Tapi ini kok...??

Ah, gue sudah gila. Dah lah, ngga usah dipikirin.

Lalu waktu janjian pun tiba. Cepet banget gue udah sampe coffee shop ini duluan. Kayaknya tadi cuma 5 menit gue naik motor. Bahkan gue ingin cepat-cepat sampai? This is insane.

Dia belum datang. Tentu saja. Ah, tapi jarak dari rumah dia ke sini juga ngga jauh banget. Apalagi mengingat kebiasaan dia yang kalau bawa motor, ngebut. Paling lama juga 15 menit.

Lalu gue memesan hot chocolate ukuran besar untuk 2 orang.

Sudah 1 jam kok belum muncul ya orangnya. Hot chocolate-nya dingin, dong?

Udah 2 jam masih belum muncul juga. Chat-pun ngga dibales. Kok gue jadi sebel, ya. Hmm. Gue mulai berpikir yang ngga-ngga. Mulai kesal. Am I a joke for him??? Ngga tau deh.

"Lo jadi dateng apa ngga?" Cukup lama hingga akhirnya gue memutuskan untuk telepon aja langsung.
"Jadi dong! Sorry banget. Sebentar lagi gue sampe. Oke? Just wait."

Ah gila. Gue kok mau aja sih, nunggu lama-lama kayak gini?!

Walaupun agak kecewa, tapi gue tetep nunggu. Kalau bukan gue, mungkin udah pulang dari tadi kayaknya. Udah lebih dari ngaret ini namanya. Hari sudah mau gelap. Hot chocolate-nya? Tentu sudah dingin.

Lalu penantian itu berakhir ketika untuk yang kesekian kalinya gue memeriksa pintu masuk dan dia muncul.

What took you so long?

Tapi ngga tahu kenapa, semua kesal langsung hilang. Mau marah, ngga jadi. Kadang gue benci diri sendiri yang terlalu ngga papa ke orang lain.

Why you always make me be this way?

"Sorry banget, sorry. Gue ada urusan mendadak tadi."
"It's okay. Ini udah gue pesenin hot chocolate, tapi udah dingin."

Kemudian dia duduk di hadapan gue, dan mulai bercerita. Gue mendengarkannya dengan excited. Seperti biasanya. Selalu seru mendengarnya bercerita tentang apapun. Gue ngga pernah bosan. Dia punya banyak sekali ekspresi, dan selalu terlihat ceria.

Sampai tiba-tiba...  sebuah bunga mawar dihadirkannya di hadapan gue.

With that smile
And those eyes

And I feel
Happy
So happy
Because

Finally

Namun gue memilih diam. Membiarkan dia bicara lagi. Semuanya. Dia mengungkapkan semuanya.

Teruskan. Gue ingin mendengar semuanya.

Semuanya. Dia mengungkapkan semuanya.

Gue tetap terdiam

Semuanya
Semuanya benar-benar hal yang selama ini ingin gue dengar
Dari dia

Gue merasa sangat senang

Tapi
Apa yang menahan lo selama ini?
Kenapa... baru sekarang?

"Wow, thanks..."
Akhirnya gue bersuara

"Ah, akhirnya gue bisa mengungkapkannya juga Cha, ke lo. Sekarang gue udah lega."

Lalu, apakah gue juga harus bilang semuanya... sekarang juga?

Sepertinya tidak.

"Sorry sekali lagi ya, Cha. Tadi gue juga nyari-nyari tempat yang jual bunga, jadinya lama." katanya. Gue tersipu.

Gue benci sama diri gue yang gampang luluh sama hal-hal kayak ini.

"Tau ngga? Ini bunga mawar pertama gue." Gue bilang ke dia.

Iya, itu adalah bunga mawar yang pertama banget buat gue.

"Serius lo, Cha? Jadi pacar lo belom pernah sama sekali ngasih lo bunga?" Tanyanya, heran. Gue mengangguk.

Sebenarnya, I'm beyond happy right now. I'm dancing inside. Tapi, walaupun senang, gue tidak mau terlalu menunjukkannya.

"Well, makasih ya, atas pengungkapan perasaannya. Finally." Kata gue.

"Gue pikir, gue harus ngasih tau lo tentang  ini Cha, biar gue lega. Akhirnya sekarang gue merasa lega. Nothing to lose lagi gue sekarang. Ngga masalah, sekarang atau nanti lo akan sama siapa. Yang penting gue udah ngasih tau lo gimana perasaan gue ke lo selama ini, dan gue lega." Katanya dengan binar mata khasnya.

You really are my best friend
And I don't wanna change that
Because I don't wanna lose you
If this sounds so selfish
Then I am so sorry

"Makasih ya mawarnya. Why you do this? Gue jadi terharu."

Sebuah mawar dengan tulisan 'Happy Birthday' itu ngga akan gue lupain. My first rose of all time. Just like how I want it to be. So unexpected.

Now
I hope you find the love that suits you

If you and I are a story that never gets told
If what you are is a daydream I never get to  hold, at least you'll know
You're beautiful every little piece, love
And when you find anything you looked for
I hope your life leads you back to my front door
But if it don't, then, stay beautiful

Itu lagu yang lo kirim ke gue
Stay Beautiful by Taylor Swift
I wasn't aware about the song until you sent me

If it's true, if you think I'm beautiful, at least, for that time,
Then thank you
Thank you for telling me

And to you,
Please, stay beautiful too

June 12, 2021

'tis the damn season - Taylor Swift

If I wanted to know
Who you were hanging with
While I was gone
I would've asked you

It's the kind of cold
Fogs up windshield glass
But I felt it when I passed you

There's an ache in you
Put there by the ache in me
But if it's all the same to you
It's the same to me

We could call it even
You could call me 'babe' for the weekend
'Tis the damn season
Write this down
I'm staying at my parent's house
And the road not taken looks real good now

And it always leads to you
In my hometown

I parked my car
Right between the methodist
And the school that used to be ours
The holidays linger like bad perfume
You can run but only so far

I escaped it too
Remember how you watched me leave

But if it's okay with you
It's okay with me

Time flies
Messy as the mud on your truck tires
Now I'm missing your smile
Here me out
We could just ride around
And the road not taken looks real good now

And it always leads to you
In my hometown

Sleep in half the day
Just for old times' sake
I won't ask you to wait
If you don't ask me to stay

So I'll go back to LA
And the so-called friends who'll write books about me if I ever make it
And wonder about the only soul who can tell which smiles I'm faking

And the heart I know I'm breaking is my own
To leave the warmest bed I've ever known

We could call it even
Even though I'm leaving
And I'll be yours for the weekend
'Tis the damn season

We could call it even
You could call me 'babe' for the weekend
'Tis the damn season
Write this down
I'm staying at my parent's house
And the road not taken looks real good now

Time flies
Messy as the mud on your truck tires
Now I'm missing your smile
Here me out
We could just ride around
And the road not taken looks real good now

And it always leads to you
In my hometown

It always leads to you
In my hometown


June 08, 2021

Late Night Words: Tulisan Yang Bikin Overthink

Ada 2 buah pilihan

Orang yang menyayangimu

Atau

Orang yang kamu dan dia saling sayang


Bisakah kamu pilih salah satu? 


Pretty sure mayoritas pilihan jatuh pada pilihan ke-2

Memilih orang yg sayang kamu dan kamu juga sayang dia


Katanya dengan begitu, semua bisa saling

Saling melengkapi

Saling mengisi

Saling berbagi

Saling semuanya


Tapi


Karena sama-sama merasa dirinya disayangi satu sama lain

Apakah ada yang tahu kalau suatu saat

Salah satu pasti ada yang berharap? 

Berharap kebaikannya dibalas kebaikan juga

Berharap keikhlasannya dibalas keikhlasan juga

Berharap apapun yang salah satu diantaranya lakukan, yang lainnya juga melakukan exactly hal yang sama

Berharap

Adil


Apakah ada yang tahu kalau suatu saat

Semua 'saling' bisa jadi 'tidak saling'? 

Tidak saling sayang

Tidak saling mengisi

Tidak saling berbagi

Tidak saling melengkapi

Tidak saling semuanya

Lagi-lagi karena merasa biar adil


Sungguh skenario yang sangat jauh dari indah


Lalu pilihan tersebut membuat kita memikirkan pilihan pertama


Memilih orang yang menyayangi kita

Melihat usahanya

Melihat ketulusannya

Melihat kemampuannya


Will he do any thing for me? 

Most importantly, anything for my best? 

Take a good and gently care of us

Tidak mau membuat kita sedih

Tidak mau membuat kita susah

Tidak mau membuat kita merasa kurang

Tidak mau membuat kita terluka


Always keep their eyes on us

With heart full of love

Sincere effort

Everlast

Tidak berharap kebaikannya kembali


And never take us for granted once we accept and allowed him to stay


Sampai waktunya bunga dalam hati kita tumbuh

Perasaan sayang itu tumbuh

You feel loved

So loved

Karena usaha merawat yang selama ini kita dapatkan darinya


Until the time you can accept and love him back with pure and sincere heart with no buts and expectations

And you both live happily

You both live sincerely

You both loved


Good scenario, I guess


Look how now it seems like option 1 is blinded pick and option 2 is conscious pick, right? 


Really punny


But then you know that we can't see what future brings

Whatever you choose

Choose wisely

Be conscious


Every options have their own ups and downs

Every options have their good sides and bad sides


If it feels right, be grateful

If it feels wrong, it's okay to regret a bit

But then go on

Take a responsibility of it

We're only human too

Everything can change

Just make sure you enjoy the ride


You know that this last sentence is naive but, 

Keep seeing the beautiful in every thing

Be kind and honest

Kindness keeps the world afloat

Believe that kindness brings you to very much beautiful things in the end


Kebaikan akan menyaring semuanya hingga akhirnya kebaikan pula yang akan kamu terima

Bahkan kalau itu harus menyingkirkan orang-orang yang kamu pikir sayang kamu padahal hatinya tidak

Karena semesta tau, itu tidak baik untukmu

Universe will make sure you get the kindness that you deserve


A Strike From The Past: Questioning

Why keep coming to my dream? 

Why took a very good and gentle care of me? 

Are you still thinking of me? 

Or

Is it just me who really miss a very good and gentle kind of care?

Because it felt so good

And so pure

And so real


I felt

Loved


It takes me

To the last time you, yourself, directly met me

Said that you'd borrowed my math book

I didn't think I'd said "yes, you can come."

Because I was so afraid back then

I don't know why I'm always afraid of you

But I said "yes, you can come."


Then you came

Parked your car in front of my house

I welcomed you

Even made you a cup of tea

Grabbed my math book and gave it to you

And we were talking

And talking

Four eyes

Face to face

For the very first time to us

And pretty sure it was for the last time too


I was really sure that there wasn't any thing except you borrowed my math book

And you would use it for learning

Because you said you will face a test

You talked about you're going to college abroad

Cool, I said


And that was it

You didn't say any thing anymore

And then the time was going late and you got to go home

Still remember you and your car went away


And that was it


Actually, what you wanted to say? 

Actually, what you really wanted to ask? 

Was it really just a math book? 

With that effort and guts? 

With that finally-you can-asked-me-then-I-allowed-you-to-come-and-visit-me-directly-to-my-house, did the math book really matter?

IT WAS A FUCKING MATH BOOK


Well

It was just for a math book, right? 


Or

I was the one too naive? 

Too dumb? 


Well

It was just for a math book

Yes, for sure

Let's end it there



April 28, 2021

Labor & Delivery Story 2: Menggigil

Alhamdulillah akhirnya gue masuk ruang operasi juga. Kesan pertama, beda banget sama waktu operasi sesar anak pertama. Beda rumah sakit, beda standarnya kali ya. Hmmm. 

Disuntik anastesi

Yang pertama: ngga berasa pas disuntiknya, tau-tau udah numb aja. 

Yang kedua: berasa pas disuntiknya. Sakit dikit, abis itu pelan-pelan kesemutan, lalu numb. 

Dipasang kateter

Disuruh tiduran

Ya udah, dioperasi deh

Ngga lama, anak aku lahir. Beneran cepet banget. Dan gue terharu banget. Di kehamilan ke-dua ini gue bener-bener santuy, ngga pantang apa-apa kayak waktu hamil pertama. Dan waktu tau anak gue lahir dengan sehat dan normal tuh rasanya masya Allah banget. Terharu.

Dokter Widi: ibu, selamat ya, anaknya perempuan, sehat, normal semua. Alhamdulillah. 

Gue menangis terharu. 

Setelah itu, operasi masih lanjut untuk menutup jahitan. Proses ini yang memakan waktu lebih lama. Tapi gue merasa lega banget rasanya. Alhamdulillah. Daaan, menggigil! Brrrr! 

Di meja operasi itu kita sama sekali ngga pakai baju. Cuma ditutupin kain-kain hijau. Ruang operasi itu diiingiiiin banget. Gue menggigil. Ini juga sih, yang ngebedain sama yang pertama. Yang pertama gue ngga menggigil sama sekali. Kali ini, gue menggigil sampe tangan gue gerak-gerak. 

Alhamdulillah operasinya selesai. Gue balik lagi ke ruang tunggu operasi. Masih menggigil. Pas gue perhatiin keadaan sekitar, ternyata ngga gue doang yang kedinginan. Pasien-pasien lain yang selesai operasi juga sama. Eh apa itu, ada selang besar di samping tempat tidur pasien di seberang gue. Apa itu pemanas? 

Gue: sus, dingin banget sus.

Kata gue sambil getar-getar. Gue bener-bener menggigil sampe gigi gue bergemeretak. Efek obat bius kan cuma dari perut ke bawah. Atasnya mah berasa. Tapi ini tangan gue agak numb karena kedinginan. Gue tidak bisa merasakan jari jemari gue asli. Menggigil parah deh. 

Suster: iya bu, sabar ya bu.

Walaupun nunggu dulu, tapi akhirnya gue dikasih pemanas juga. Aaah, hangatnyaa... Gue pun tertidur sebentar. 

Alhamdulillah, tangan gue udah berasa normal lagi. Dan akhirnya gue bisa pindah ke ruang rawat inap. Pas dianter keluar dan suster manggil pendamping, kok ngga ada yang nyaut. Ke mana ini suami guee??? Suster pun inisiatif untuk nelpon. Tapi ngga diangkat-angkat. Duh, ke mana sih?

Jadilah gue dianter pak satpam sampe kamar rawat inap. Abis itu baru deh datang si bapak suami. Ternyata abis ngurus administrasi bayi.

Lalu gue akan menghabiskan 2 hari satu malam di sini.

Long story short, gue merasa legaaaaa banget. Dan karena ini pengalaman ke-dua gue, gue merasa lebih prepared dan ngga bingung. Gue lebih berani latihan miring kanan-kiri, latihan duduk, latihan jalan, latihan-latihan yang harus dilakukan pasca operasi.

Gue merasa santai banget juga karena lega banget ngga harus nerima tamu. Satu-satunya hal yang gue sukai dari pandemi ini adalah ngga perlu nerima tamu. Yes! No more fake smiles, no annoying questions, no toxic conversations! 

Labor & Delivery Story 1: Jadi Gini Rasanya Kontraksi??

Gue sedang dalam keadaan tidur pulas waktu itu. Kalau ngga salah, sudah menjelang subuh. Gue tiba-tiba merasakan suatu gelombang yang rasanya agak kurang mengenakan. Kayak mulas, tapi bukan mulas mau buang air besar. Rasanya menjalar dari pinggang hingga ke paha. Tapi masih bisa gue tahan. Gue kenapa ini ya?

Dah tuh, seharian ga ngerasain gelombang mulas itu lagi sampeee... sore harinya. Kira-kira terasa di saat gue masih kriyep-kriyep bangun tidur siang. Rasanya masih sama, menjalar dari pinggang hingga ke paha. Waduh, jangan-jangan ini nih yang namanya mulas kontraksi. Mana kontrol berikutnya masih lusa. Gue coba tanya-tanya dan searching. Katanya sih masih ngga papa, kalau ketuban belum pecah, dan masih bisa ditahan. Gue yang di kehamilan sebelumnya lahiran ngga ada mules-mulesnya sama sekali, bingung dong sama yg sekarang. Ini kondisinya adalah, gue sudah punya jadwal SC (yg masih seminggu lagi), tapi kok malah mules. Bukannya ngga perlu nunggu mulas ya kalo mau SC? 

Keesokan harinya, mulas makin menjadi. Frekuensinya jadi semakin sering dan makin bikin meringis. Sama sekali ngga bisa tidur malam. Meskipun gitu, gue masih bisa tahan. Sampai akhirnya gue ke rumah sakit sesuai jadwal kontrol dan ketemu dokter. Pagi itu, kayaknya gue jadi pasien pertama deh, yang visit ke poli kebidanan dan kandungan. Jadi, sambil menahan-nahan sakit karena mulas kontraksi, gue datang ke meja suster untuk daftar ulang dan bilang kalau gue mules-mules, tapi jadwal SC masih akhir bulan, HPL juga masih awal bulan depan. Susternya gercep langsung telpon Dr Widi dan ngasih tahu kondisi gue. Ngga menunggu lama, kayaknya cuma sekitar 15-30menit, Dr Widi datang. Padahal belum masuk jam prakteknya. Seketika merasa bersalah karena bikin repot orang (lah??). 

Setelah dicek, di-USG, posisi bayi ternyata masih melintang. Selanjutnya dokter Widi meminta suster bawa gue untuk CTG, periksa detak jantung bayi. Padahal cuma 20 menit, tapi rasanya lamaa banget. Mulas masih terus datang pastinya. 

Suster: aduh bu, kok bisa sih, nahan mules hampir 3 hari? Ibu-ibu lain langsung ke RS loh bu kalo udah berasa mules... 

Selesai CTG, gue pun lanjut diperiksa bukaan. Hadeh, ini nih yang paling ngga gue suka. Tapi ya gimana, emang udah prosedurnya. Pasti bakal keulang.

Hasilnya, udah bukaan 3, tapi tetep, bayinya melintang. Kondisinya juga gue udah ngeflek. Mau dilanjut lahiran normal bisa bahaya. Alhasil, gue didaftarin untuk SC hari itu juga.

Dokter Widi: SC ya bu. Kita ketemu lagi nanti siang.

Karena pandemi, sesuai SOP rumah sakit, sebelum gue operasi, gue harus PCR dulu. Ini nih yang dibikin buyar. Kalau operasinya sesuai jadwal, gue harusnya tes H-3. Tapi karena ini darurat, jadilah hari itu juga dites semuanya. Walaupun PCR hasilnya baru ada keesokan harinya, gue tetap swab. Bedanya, ditambah rapid test juga. Jadi gue tes 2x tuh. Suami gue, sebagai pendamping, tentunya dites juga. Hanya rapid tes aja.

Anehnya, hari itu gue benar-benar tenang. Ngga tau kenapa. Swab? Ayok. Disuntik berkali-kali? Ngga masalah. Padahal gue tuh takut banget jarum suntik. Ya, walaupun sambil nahan mulas yang hilang timbul. 

Setelah covid tests selesai, gue dibawa ke ruang isolasi. Di sini gue sendirian. Ngga boleh ditemenin pendamping. Cuma suster-suster doang yang bolak-balik pasang infus, suntik tes antibiotik, dan prosedur sebelum operasi lainnya. Sebenarnya ini ruang tunggu sebelum operasi. Tapi karena pandemi, dan sambil nunggu hasil tes juga, mungkin dibikin khusus ruangannya, just in case.

Ngga lama, tapi berasanya lama, hasil tes gue keluar (yang rapid test tentunya). Alhamdulillah non reaktif. Selanjutnya gue tinggal menunggu untuk dipindahin ke ruang pre-op, untuk siap-siap operasi. Sama seperti sebelumnya, rasanya kayak lamaa banget. Mana mules makin-makin. 

Eh suster masuk katanya mau periksa bukaan. Duh, males banget deh. Tapi ya udah. Dan ternyata bukaannya nambah jadi bukaan 6. Nah lho.

Suster: udah bukaan 6 lagi, bu. Tapi masih melintang bayinya. Berdoa aja ya bu, semoga masih tahan sampe nanti operasi.

Lalu gue dipindah ke ruang pre-op. Nunggu istirahat siang, rasanya lamaa banget. Ya Allah, semoga ngga papa.




Preggo Story - Labor And Delivery Story

Mendekati lahiran, gue nginep di rumah orang tua di Bekasi. Ini karena biar ada yang jagain Rey. Gue berencana lahiran di RS Hermina Bekasi. Kontrol waktu itu sama dokter Widiyati SPOG. Dokter Widi orangnya ngga banyak omong, tapi pembawaannya ramah. Setiap kontrol, tanya aja semua yang mau ditanyain, beliau bakal jawab dengan to the point tapi ramah. Biasanya yg to the point tuh cuek kan, orangnya? Nah ini ramah. Selow banget deh orangnya. Karena to the point nya ini, kalau kontrol sama beliau juga jadi cepet banget. Yah, 5-10 menit aja lah kira-kira. Karena ternyata beliau juga sibuk banget. Abis dari poli, langsung pindah tempat karena ada tindakan operasi, dsb. Bahkan kadang, ke polinya belakangan karena ada operasi dulu.

Inget banget, pertama kali kontrol sama beliau, gue langsung dibikinin jadwal untuk SC di akhir bulan (waktu itu gue kontrol awal bulan).

"SC ya! Mau tanggal brp? Hmm, tanggal 30 masih bisa lah ya, kalau HPLnya awal bulan depan. Kontrol berikutnya seminggu lagi, oke?"

To the point banget. Di saat gue galau bisa lahiran pervaginam atau SC, di saat gue buntu akan pikiran scene-scene gue lahiran bakal gimana karena ada bocah yang mesti dijagain, Allah ngasih jawabannya lewat dokter Widi. Seketika gue merasa agak lega. 

Oke, jadi, gue tanya dong pastinya kenapa langsung SC. Dijawab lagi dengan intinya, jaraknya masih terlalu dekat untuk bisa melahirkan pervaginam, karena ada bekas SC pertama. Jadi yang bisa gue saranin untuk buibuk yang lahiran pertamanya SC trus berikutnya mau lahiran pervaginam, jarak anak pertamanya harus jauh dulu. Minimal banget 3 tahun lah. Itu dengan catatan, kondisi si ibu dan janin harus baik semua ya.

Kontrol-kontrol gue datangi dengan rajin tanpa skip seharipun. Vitamin juga tetap gue minum. Alhamdulillah keadaan si adik bayi di dalam perut baik-baik aja, ngga ada masalah sedikitpun. Dokter Widi malah udah bolehin operasi katanya, udah cukup umurnya dan beratnya. Tiap kontrol selalu ditanya mau lahiran kapan, meskipun beliau udah bikin jadwalnya. Tapi entah kenapa tiap ditanya begitu, gue selalu terdiam. Kayak belum siap aja gitu, dan ngerasa, masa iya gue milih sendiri tanggal lahirannya, walaupun ya iya sih, gue ada kepinginan gitu, misal, tanggal 25 Nov, maksudnya biar tanggalnya sama kayak tanggal lahir gue, ehehehe. Tapi ngga pernah gue utarakan. Apakah adik bayi yang akan menentukan tanggal lahirnya sendiri? Entahlah... 

January 02, 2021

Preggo Story 3: Fun Facts And Chit Chats

Berikut adalah hal-hal yang gue temukan dan rasakan saat hamil yang ke-2 ini. 

1. Perasaannya jadi lebih sensitif parah. 

2. Mitos bentuk perut saat hamil anak perempuan dan laki-laki kayaknya berlaku benar di gue. Perut gue yang hamil ke-2 lebih bulat dan letaknya di atas, pusar rata dengan perut, gue hamil anak perempuan. Dibanding perut hamil pertama yang cenderung lonjong dan letaknya agak di bawah, pusar menonjol, hamil anak laki-laki. 

3. Ngga terlalu bisa makan makanan pedas

4. Maunya makan yang manis-manis melulu. Es krim, kue, biskuit, roti cokelat, donat gula, dan sebagainya. 

5. Senang juga sama yang asam-asam manis seperti yogurt, lemon tea, dan asinan. 

6. Cenderung lapar sekali di pagi hari, terutama di trimester 2, jadi lahap makannya. Jadi lebih gampang lapar juga. 

7. Walaupun gitu, kalo nimbang, naiknya tetep sedikit-sedikit. Hadehh. 

8. Diresepin penambah darah dari dokter yang rasanya blackcurrant. Jadi malah doyan. 

9. Lebih sering minum kopi. Terutama di bulan ke-5 dan 6. Sehari 1 cangkir. 

10. Awal kehamilan bener-bener ngga bisa ngapa-ngapain karena gampang pusing dan mual, eneg bau masakan, eneg bau kamar mandi, eneg terus. Masuk trimester 2, malah pengennya bebenah terus, meskipun ngga bisa total karena jadi gampang capek. 

11. Trimester 2 jadi rajin mandi dan skin care-an. Pulas lipcream setiap abis mandi walaupun di rumah aja, pake warna yg sama kayak warna bibir. Ternyata kayak gini bisa bangun mood jadi lebih baik tiap ngaca loh, hehe. 

12. Cenderung lebih nyaman tidur menghadap kanan dibanding kiri. Tapi dokter bilang harus sering-sering tidur miring ke kiri. Jadilah gue kalo tidur sering grasa-grusu ganti posisi kanan kiri. 

13. Karena jadi agak sensitif, mau ngga mau, enak ngga enak jadi mempelajari banyak hal, terutama mengenai mental dalam berumah tangga. Seriously. Selama 4 tahun menikah, kayaknya baru kali ini gue ngerasa amat sangat sensitif dan seolah-olah gue tidak bisa deny dengan kenyataan-kenyataan yg selama ini gue anggap sepele. 

14. Gampaaang banget capek di trimester 3. Padahal hamil sebelumnya kayaknya ngga secapek ini. 

15. Gampang banget gerah! Asli. Padahal AC udah dingin banget. 


Kehamilan ke-2 ini sebenarnya tidak terlalu direncanakan, tapi bukan karena kebobolan juga. Sebelumnya, memang gue pernah sekilas-sekilas berdoa dalam hati, kalau, kayaknya enak juga ya kalo punya anak bedanya 2 tahun, kayak gue dan adik gue. Jadi bisa grow up together, gap nya ngga terlalu jauh. Gue memang ngga KB karena berpikir begitu. Waktu itu pun kondisinya gue sedang baru memulai bisnis lagi di SWEETREAT. Udah nyetok bahan, beli loyang dan beberapa alat baking baru, uji resep, sampai dekor ruang baking sendiri biar mood bakingnya dapet. Sempat berjalan beberapa orderan, tapi rejeki untuk punya anak lagi ternyata datang lagi. Hehe. Sebelum tahu positif hamil, pas lagi curiga kalo kali ini bakal beneran hamil lagi, pernah bilang ke suami. Ai, awal tahun ini, yang manapun yang bakal kita dapatin, kayak misal aku punya rencana bikin kue lagi nih, tapi kalo misalkan aku positif hamil, aku harus pilih salah satu untuk difokusin terlebih dulu. Kalau ternyata aku positif hamil, kayaknya aku bakal relain bisnis aku tutup lagi dulu. Tapi kalo ternyata negatif, aku baru lanjut lagi.


Dan ternyata gue hamil lagi. 


Bukan apa-apa. I can say, the most fragile time of my life is when I'm pregnant. Memang kepayahan banget gue kalo soal bagi-bagi energi. Ditambah kalau sedang hamil. Gue tuh ngga jarang berdoa, kalo aja gue punya tenaga yang banyak, kayaknya gue bisa aja ngelakuin banyak hal. Tapi tetep sih, multitasking tuh sulit buat gue, karena jadi ngga ada yg bener. Dan gue, maunya total. Nailed to the max. Terlebih, gue ngga mau memaksa dan malah jadi masalah. Awalnya gue ragu, hamil lagi dengan toddler yang aktif banget. Tapi, bismillah. Dan ya, gue tetap menjalaninya, meskipun kadang harus berhenti sejenak, dan sempat harus bedrest. Gue bersyukur banget, masih banyak yang bisa bantuin gue, terutama bantu jagain Rey di saat gue harus bedrest dan ngga boleh capek-capek. Gue salut banget sama mommies yang juga lagi berjuang di kondisi apapun itu di kehamilannya.


Banyak yang bilang.. 

"Ih, kok udah hamil lagi? Emang anaknya udah bisa apa aja?"

Tapi ada juga yang bilang.. 

"Wah, masya Allah, Icha udah hamil lagi. Selamat ya. Doain dong, biar gue juga hamil lagi."


Ada yang heran

Ada yang senang, bahkan minta didoakan


Gue sendiri pernah juga berpikir, apaan sih, kok gue udah hamil lagi. Karena merasa belum siap di banyak hal. Realistis lah. Tapi, ruwet banget kepala ini jadinya. Trus nanti mikir lagi, yang positif-positif. Cha, banyak yang struggling untuk hamil. Lo harusnya bersyukur sudah dimudahkan, dan fokus aja deh ke kehamilan lo. Insya Allah, kalau ikhlas, semuanya bisa jadi berkah. 


Yah, namanya juga hidup... 


Ngebayangin gimana rempongnya nanti kalo baby nya udah lahir aja kadang gue ngga sanggup. Udah lah, jalanin aja. Nanti juga ketemu selanya. Toh persiapan juga udah dibikin kan, ngga yang bodo amat pasrah gitu. 


Selama ini Rey selalu rewel kalo ngga liat ibunya. Sekarang gue lagi banyak banget berdoa biar Rey mau ditinggal sama iyang dan tantenya kalo nanti ibunya lahiran. Aamiin. 


(Selesai ditulis pada 31 Oktober 2020)