April 16, 2017

A Letter From A Friend (A Reminder)

Gue duduk di antara kado-kado hadiah pernikahan dari saudara dan teman-teman gue tersayang. Masih berserakan. Gue terlalu penasaran sehingga gue dan Ai membuka semua kado itu satu persatu. Mendapat kado itu sangat menyenangkan karena pasti ada perasaan penasaran dan harapan akan apa yang ada di balik bungkus kado-kado tersebut. Kami membukanya satu persatu sambil menebak-nebak. Tertawa karena kadang isi kadonya nggak ketebak sama sekali, hahaha.

Lalu ada satu kado menyusul dari seorang teman. Ada suratnya. Yang paling gue buka duluan itu suratnya, penasaran dengan tulisan di dalamnya.

Dear Icha...

Cha... Akhirnya yaa... Jalan Allah itu pasti, sampai akhirnya lo menjadi orang pertama yang menikah di antara KADICHAREVWAY. Senang tapi syedih juga entah kenapa gue merasa lo mungkin nggak sebebas sebelumnya, atau gue yang anaknya protektif sama temen. Hehe..

Cha, gue masih inget mimpi-mimpi lo... Nggak seberapa mungkin dari apa yang udah lo ceritain ke gue, dan gue masih percaya dan berharap sama setiap yang lo impikan. Mulai dari lo yang nulis simbol "CR7" di setiap halaman akhir buku gue waktu sekolah, dan semua yang lo ceritakan tentang London.

Cha, masih pengen ke London kan? Entah untuk apapun itu, gue masih merasa itu hal yang lo pinginin, dan gue masih merasa lo akan ke sana nanti.

Kalo kata Maudy Ayunda, "Apa kabar mimpi-mimpimu? Jangan kau tinggal begitu saja" :D

Pernikahan nggak menghalangi mimpi, hanya rasionalisasi pikiran kita aja yang membuat segalanya jadi tidak semenggebu-gebu saat kita muda. Tapi tetap biarkan itu selalu ada di bagian dan titik manapun di ruang yang ada di hati dan ingatan.

Selamat menikah Ichak!
Dan semua doa kebahagiaan untukmu

Love, Ika ^_^

Gue, nggak bisa menahan air mata gue saat membaca surat ini. This is really touching my heart. How a friend, a best friend of mine DOES really care about my dreams, my truest dream. How she always remember of the truest will of mine. Even my husband don't know about it. Does he? Well, I'm a little bit sad at that time because, all of a sudden, I questioned myself about it. Will I able to reach my dreams? Will my husband help me to reach it?

So here it is...

Dear Ika,

No, gue nggak akan meninggalkan mimpi-mimpi gue. Sedih memang, karena sepertinya semua ruang gerak gue akan terbatas. Sedih memang, karena sepertinya gue nggak akan bisa dengan mudah dan cepat bergerak sendiri untuk meraih semua yang gue inginkan. Tapi, gue sangat yakin dan percaya, gimanapun itu, gue nggak akan meninggalkan mimpi-mimpi gue.

Thank you

Gue sangat terharu dengan bagaimana elo mengingatkan gue kembali akan mimpi-mimpi gue yang ya, gue nggak pernah lupa juga akan itu, hanya, jujur saja, gue sempat menaruh semua itu di bagian paling bawah di dalam hati gue. Berpikir, apa gue masih tetap bisa mengejar mimpi-mimpi gue?

Sounds so nggak realistis memang untuk sekarang. Semua hal di kehidupan gue, di satu sisi, kayaknya crumbling down banget, or even sinking. Entah kenapa gue merasa hidup gue, di satu sisi, sedang berada di fase tersebut.

Hey, by the way, look at you now. Gue temenan sama lo udah berapa lama ya? Gue inget banget dulu lo selalu cepet bosen kalo belajar. Tapi, this is what I like from you, lo nggak pernah nyerah. Lo selalu mau nyoba lagi, selalu tertantang sama sekitar lo yang bikin lo kalah. Saingan? Ya, memang gue pernah ngerasa saingan sama lo. Entah kenapa gue sering merasa suatu saat lo akan bisa menyaingi gue. And look at now, elo sudah berhasil. Walaupun kesaing, dan agak sedih, tapi gue seneng banget. You deserve it. Ngeliat balik gimana dulu elo belajar, dari yang gampang bosen, males, tapi elo tetep berusaha, hingga akhirnya sekarang elo sukaaa banget belajar.

Keep on hard working, sis! We proud of you.

Thank you so much for this reminder
I won't ever forget my dreams
And to achieve it, it's a must!

Wish the same for you too
Apapun itu, jangan tinggalkan mimpi-mimpi lo

xoxo :p

April 02, 2017

Icha - Arif Wedding: Wedding Day

Gue pengen langsung skip aja ke hari H, karena gue pusing kalo ngebahas persiapannya hahaha.

So, this is the time, right? The wedding day. I feel so campur-campur. E tapi ngga sih. Gue berasa ngantuk banget karena berangkat abis subuh. Gue semobil sama bapak gue dan adek gue yang paling kecil (beserta barang-barang bawaan). Yang lain nyusul di mobil lain.

Gue merasakan dingin pagi yang agak berbeda waktu itu. Oh man, beneran nih, gue akan nikah hari ini? Gue nggak bisa menyangkal kalau gue berusaha mengalih-alihkan pikiran akan hari itu dan berusaha menenangkan diri gue dengan susah payah. Syukurlah nggak sampe mules-mules. Entah kenapa jalanan pagi itu terasa asing dan terasa cepat sampai. Ya... karena emang ngga macet juga sih.

In the car, sepanjang perjalanan, my father didn't say much (he almost didn't say anything). Bapak gue memang tipikal orang yang kaku, bicara amat sangat seperlunya. And about this marriage, ibu gue yang (tentunya) paling banyak ngasih gue saran dan wejangan, like mostly ibuk-ibuk. Dan karena itu, gue ngga terlalu gimana-gimana kalo bapak gue ngga terlalu ngomong banyak. Nggak yang sedih kayak, 'Bapak kok ngga ngomong apa-apa sih, Icha mau nikah?' atau, 'Bapak ngga sedih, nih, Icha mau nikah?'. Like, seriously, why ask? He must be sad, obviously. He just didn't know how to express his feeling. I knew it. And I'm really okay with it.

Sesampainya di venue wedding, ternyata udah banyak yang dateng (perias, dan para crew-crew yang bertanggung jawab sama acara tentunya). Ya udah, langsung aja gue diajak ke ruang make-up pengantin. I really didn't know how I feel at that time, I just let it flow. Gue merasa masih normal, karena masih lama waktunya. Jadi, ya udah gue didandanin, pertama untuk akad nikah dulu.


Gue pasrah aja dah mau didandanin kayak gimana. Gue sudah terlalu lelah memikirkan akan jadi seperti apa request-an gue soal dekorasi, makanan, dan lain-lain, termasuk make-up juga sih. Tapi gue sudah memasrahkan semuanya. Yakin lah, semuanya sudah profesional, jadinya juga Insya Allah profesional.

Selama di ruang make-up gue masih bisa merasakan jantung gue berdetak dengan normal. Make-up nya ternyata selesai lebih cepat, sehingga gue harus menunggu sebentar, katanya nanti dipanggil kalo tiba giliran gue (ini kayak mau pentas, asli). Ruang make-up ini agak-agak mengerikan tapi juga menyenangkan, karena selama di ruangan ini, gue tidak dibuat deg-degan. Kayak biasa aja gitu. Malah gue sendiri yang nyari-nyari perasaan deg-degan. Kok gue lama banget ya dipanggilnya? Ntar kalo gue dipanggil gue kayak mana deg-degannya? Gue harus apa, ya Allah tolong hambaMu ini. Ampunilah segala dosa dan...

"Mbak Icha, ayo sekarang. Jalan sama pendampingnya ya, nggak usah nervous, biasa aja." suara itu membuat jantung gue hampir aja copot. Untungnya pake lipstik warna merah, jadi kalo pucet ngga keliatan lah, ya. Dan, MANA BISA NGGA NERVOUS???

Akhirnya gue jalan menuju meja akad didampingi Mbak Selvi (sepupu gue yang waktu kecil sering mandi bareng), dengan... ya, dengan terburu-buru. Gue ngga tau harus jalan kayak gimana. Gue yakin kanan kiri gue ngasih kode untuk pelanin jalannya. Gue ngerti, tapi itu mejanya masih jauh banget, masa jalannya mesti pelan-pelan? Kelamaan! Tapi ya gue pelanin sih, pas dikit lagi udah mau sampe. Ya Allah, deg-degan abis. Gue melihat Ai dari kejauhan, oh dia udah di situ. Dia deg-degan kagak ya? Mukanya nggak ketebak banget. Semoga nanti dia dilancarin ijab qabulnya, Aamiin. Gue mesem-mesem grogi. Gue ngga tau komuk gue kayak mana. Mana banyak orang lagi. Ah bodo ah.

Trus ya udah, akad pun dimulai. Gue amat sangat malu kalo mau nggak nunduk. Gue ngga biasa berada di depan banyak orang yang pasti matanya tertuju ke sini semua. Gue lebih sering nunduk. Mau dikodein untuk jangan nunduk pun, gue turutin sekali, senyum, abis itu nunduk lagi. Abang fotografernya kesel ngga ya?

Perasaan gue? Jujur aja, lebih banyak deg-degannya. Tapi gue coba untuk menjalaninya aja sesuai alurnya. Terharu. Karena, ini gue beneran lagi nikah ya? Sempat ragu juga, kepikiran ke depannya akan seperti apa. Karena setelah ini, semuanya udah ngga bisa kayak yang sebelum-sebelumnya lagi. Mau ada yang bilang, 'bisa kok nanti kalo udah nikah tetep bisa main The Sims lama-lama', atau 'bisa kok nanti kalo udah nikah tetep bisa ngelakuin hal yang disuka'. Look! Ya memang betul bisa, tapiiii... ah, sudahlah, nanti kau kalau sudah nikah juga akan merasakan.

Alhamdulillah officially halal

Foto dari sepupu, Ubed

Abis itu sesi foto-foto tentunya. Di sini, gue sudah bisa merasa lega lagi, alhamdulillah. Tapi ternyata belum sih, masih ada sesi sungkeman.


This moment is priceless banget sih, buat gue. You know, my father, yang orangnya kaku jarang ngomong ini, nangis pas moment sungkeman ini. Sungguh-sungguh priceless. Walaupun he's trying to avoid it, gue bisa liat air matanya. Kalo ibu gue sih, dari awal pengajian sebelum acara kemarin juga udah nangis, hehehe.


Abis akad, gue balik lagi ke ruang make-up untuk selanjutnya persiapan resepsi. Nggak banyak, cuma ganti lipstik, sama baju aja. Abis itu, sebelum ke pelaminan, sesi foto lagi dulu, deh...



Sudah entah ke mana deg-degannya pergi. Udah ngga deg-degan lagi hahaha.

Pernikahan digelar di Klub Kelapa Gading, hall Gading Agung. Di sini udah include catering, dekorasi dari Mitra Seni Dekorasi, dan entertainment dari Tia Monica Entertainment, jadi ngga pelu pusing lagi nyari vendor sendiri. Gue memilih tema warna Gold dan Broken White, karena gue menginginkan warna yang elegant yet everlasting, yang kalo dilihat beberapa tahun kemudian atau di masa depan (((MASA DEPAN))) nggak terkesan ketinggalan jaman, nggak terlihat jaman dulu banget, dan nggak menimbulkan komen 'tema dekor pernikahan kayak gini pas jaman dulu lagi ngehits ya?'. Tadinya malah gue cuma milih Broken White aja, tapi kok kayaknya nggak nyala ya... Jadilah gue tambahin (banyakin) warna Gold. Menurut gue, 2 warna ini cukup everlasting dan nggak bikin sakit mata. So, beginilah jadinya Gold and Broken White Wedding Decoration plus Gebyok Jawa karena kami berdua sekeluarga orang Jawa semua, meskipun ngga pake prosesi adat Jawa sama sekali di acara pernikahan ini, hehehe.

Paket weddingnya dapat wedding cake gratis dari Libra Cake Gading

Photobooth Corner

The Aisle

Pelaminan Gebyok Jawa

Wedding Gate Decoration

Cute Photo Corner

Kalau untuk make-up dan baju pengantin, sebagian bikin, sebagian sewa. Semua gue percayain ke ibu penjahit langganan gue di Trust Modeste, Harapan Baru Bekasi untuk baju pengantinnya (akad dan resepsi pengantin wanita, seragam para ibu, dan adik perempuan pengantin wanita). Kalau untuk seragam bridesmaid, gue menyediakan kain yang bisa teman-teman cantik gue jahit sendiri sesuai model yang mereka suka. Untuk make-up gue serahin ke Mbak Nur dari Wardah, yang udah ngelukis wajah gue sedemikian rupa ini. Hehehe. Selain make-up in, Mbak Nur juga bantu nyariin vendor untuk sewa baju pengantin pria dan para among tamu, juga tim dokumentasi dari Dika Vision. Alhamdulillah semuanya cocok.

Kain Bridesmaid

Foto Make-Up dari DP WA-nya Mbak Nur hehehe

Dan ya, begitulah, alhamdulillah acara berjalan dengan lancar dan ramai tamunya. Kebanyakan sih gue nggak kenal, karena sebagian besar teman-teman kerja bapak gue, hahaha. Ngga papa, yang penting bapak gue senang. Gue pun senang melihat bapak gue senang bisa reuni sama teman-temannya. Alhamdulillah, terimakasih atas kehadiran dan doa-doanya, termasuk doa-doa dari teman-teman yang berhalangan hadir.












Mulai hari ini, gue sadar sih, gue nggak bisa serampangan kayak gue sebelumnya. Dalam hati gue masih bertanya-tanya...

What the future will be...???
I'm quite exciting
yet, still wondering...

Venue: Klub Kelapa Gading
Decor: Mitra Seni Dekorasi (IG: @mitrasenidekor)
WO: Tia Monica (0811 809913)
Documentation: Dika Vision (08174988371 - 081314620972)
Wardrobe: Trust Modeste
Make-Up: Mbak Nur (0821 1242 6357)