February 29, 2016

February Ended So Fast

February ended so fast...

Why time flies so fast...?
I don't think I'm ready yet
What have I achieved?
I don't think I've achieved anything yet
Why time flies so fast...?
O, why time flies so fast...?
Is there anything, that can slow it down?
O, why time flies so fast...?

February 07, 2016

Kegagalan Adalah

Pernah menghadapi ketakutan yang dulu pernah kau hindari atau kau gagal menghadapinya dan kini malah menjadi kekuatanmu? Atau, ya, setidaknya, menjadi hal yang justru bisa kau lakukan dengan baik?

Langit yang mendung di bulan Februari ini tak jarang memikatku untuk berlama-lama memandanginya. Setiap kulihat langit, baik mendung ataupun cerah, aku merasa semua yang kucita-citakan rasanya dekat, membuatku semakin yakin. Memandang langit selalu menjadi pegukir senyum dan kenyamanan yang instan, buatku.

Beruang lucu di karpet kamarku mengalihkan pandanganku. Hey, beruang, apa kau ingin aku menceritakan sesuatu? Aku punya cerita darimu.

Flashback ke masa aku sekolah dulu. Hari itu aku ada mata pelajaran Seni Rupa. Ada pekerjaan rumah, membuat karya 3 dimensi menggunakan lilin plastisin. Malam sebelumnya, kukerjakan tugas tersebut dengan beberapa kali aku tidak puas dengan hasilnya. Awalnya kupikir mudah. Hingga aku lelah dan meninggalkannya. Aku berangkat sekolah siang, jadi aku kembali mengerjakannya lagi di pagi hari. Sudah hampir tiba waktu untuk berangkat, dan aku masih mengerjakan tugasku. Aku melihat gambar beruang dengan berbagai pose di karpet kamarku. Bentuknya yang sederhana membuatku ingin membentuk lilin plastisin menyerupai beruang tersebut. Seperti semalam, awalnya kupikir mudah, tapi sepertinya tanganku tidak dapat mencetak sesuai langkah yang tersusun di pikiranku. Berkali-kali kucoba tetap tidak bisa. Aku menangis dan memaki beruang yang bahkan tidak berbentuk 3 dimensi dan tidak hidup itu. Aku menangis terus sambil memanggil ibuku. Aku mengeluh tidak bisa dan sebentar lagi aku harus berangkat. Aku takut kalau terlambat. Mandiku lama, dan sekarang masih mengerjakan tugas. Akhirnya ibuku turun tangan. Akhirnya pula, ibuku yang membuatkan karya 3 dimensi/semi 3D. Akhirnya ibuku yang mengerjakan tugasku. Aku pun berangkat dengan senang hati membawa karyaku--ibuku yang sangat memuaskan. Sederhana, hanya bentuk bunga dengan daun-daunnya, tapi sangat cantik dan bagus untukku, dulu. Sesampainya di sekolah, semua anak dipanggil satu persatu untuk dinilai hasil karyanya. Aku sangat percaya diri sekali akan mendapat nilai bagus, ya setidaknya, 8 atau 95. Hingga tiba giliranku, dan aku mendapat nilai 75. Nilai yang tidak buruk, tapi aku merasa karyaku--ibuku pantas mendapat nilai lebih dari itu. Terlebih, sejak aku sampai sekolah tadi, banyak teman-temanku yang memuji karya 3D yang kubawa. Aku kecewa. Sebelum kembali ke tempat duduk, aku melihat wajah guruku. Aku tidak percaya, wajahnya tidak enak sekali dilihat. Raut wajahnya seperti mengetahui sesuatu. Tanpa bicara apa-apa lagi, beliau menyuruhku duduk. Sepertinya, guruku tahu karya yang kubawa bukan hasil tanganku. Terlalu mencolok dibandingkan hasil karya yang teman-temanku bawa pada waktu itu. Sejak itu, aku selalu mengerjakan semua tugasku sendiri.

Sangat lucu bila mengingat kejadian itu sekarang. Tanganku sudah tidak seburuk waktu itu. Bahkan pekerjaan yang kulakukan sekarang melibatkan pembuatan karya 3D/semi 3D. Ya, aku membuat kue dan kue mangkuk yang hiasannya bisa dibuat sesuai permintaan dengan berbagai macam bentuk menggunakan fondant. Alhamdulillah, kini aku tidak menangis-nangis lagi karena tanganku sudah tahu celahnya. Walaupun kadang masih suka panik dan mata sedikit berkaca-kaca kalau sedang dikejar deadline karena pesanan harus segera diambil. And by the way, kadang aku masih bisa stuck dan benar-benar tidak punya ide untuk melanjutkan kegiatan menghiasnya, dimana tanganku kaku dan tidak bisa bekerja sesuai langkah-langkah yang tersusun di pikiranku. Kalau sudah begitu, kutinggalkan dulu sebentar untuk makan atau minum, karena ternyata aku lapar. Lalu kulanjutkan setelahnya, hehehe. Kalau sudah benar-benar stuck, aku belajar untuk membiarkannya seperti yang aku bisa. Lagipula aku sudah berusaha semampuku, kan? Don't be so hard on yourself.

Well, what is your biggest fear and failure? Did it change into something you do well?