August 25, 2017

A Strike From The Past: The Undone Story

Gue dan beberapa orang teman hendak pergi ke sebuah teater kesenian. Kami sangat bersemangat karena ini adalah teater teatrikal Harry Potter. Cara kami masuk ke gedung teater tempat acara berlangsung pun sangat unik dan tidak lazim. Kami masuk melalui celah anak tangga sehingga kami harus agak guling-gulingan. Ajaibnya, setelah melewati itu, gue sudah ada di bagian belakang tempat duduk penonton. Sepertinya acara sudah dimulai, karena ruangan sudah mulai temaram, penonton sudah terlihat memenuhi tempat duduk, dan beberapa atraksi tampaknya sudah dimulai. Gue mengikuti salah satu teman gue karena dia mengajak gue untuk duduk di dekatnya. "Sini, Cha, sini. Biar keliatan." Ajaknya. Di ruangan yg bangku penontonnya berbentuk setengah lingkaran menghadap panggung tersebut, gue berada di sisi depan sebelah kiri. Gue dapat melihat pertunjukan dengan amat jelas. Gue pun mulai menikmati pertunjukan yang disuguhkan. Entah kenapa gue merasa ini bukan pertunjukan teater Harry Potter. Tiba-tiba seorang aktris datang ke arah gue dan duduk di samping gue sambil terus berakting dengan dialog-dialognya. Sepertinya ada lakon dimana dia berinteraksi dengan penonton. Semakin gue perhatikan dengan seksama dialognya, sepertinya gue semakin mengerti ini tentang apa dan siapa. Si aktris terus berbicara dan menatap gue dengan angkuhnya. Gue menatap dia dengan telapak tangan menopang dagu dan tatapan "oh ya?" "Seriously?" "Like I care?" ke dia. Detik berikutnya, dia menyentuh tangan gue dan bilang, "tidak perlu angkuh seperti itu." Kemudian pipi gue direngkuhnya dengan satu tangan dan memutar kepala gue ke arah penonton sembari berkata, "INILAH GAMBARAN WAJAH DARI MASA LALU ITU!" keras-keras. Gue hanya bisa tersenyum seolah ini toh hanya bagian dari teater. Semua penonton bertepuk tangan. Penontonnya. Semua penontonnya terlihat familiar buat gue. Apa ini? Teman-teman sekolah gue?

Sang aktris kembali ke atas panggung. Samar-samar gue melihat bayangan seseorang duduk di sebuah kursi di belakang tirai panggung. Gue mengenali dia. Sorot mata khas dari balik kacamata itu. Seseorang dari masa lalu. Sedetik kemudian matanya menuju ke arah gue. Kami saling melihat. Hanya sedetik, kemudian dia berpaling kembali, tanpa raut yang bisa gue simpulkan maknanya. Tak bisa gue pungkiri gue kaget. Teater ini? Apa maksudnya? Teater ini dia bikin untuk balas dendam tentang sesuatu di masa lalu antara gue dan dia? Memangnya belum selesai? Siapa dia sekarang? Terlalu banyak pertanyaan di kepala gue. Tepuk tangan penonton menjadi suara latar belakang yang menyenangkan sekaligus mengerikan.

Lalu gue terbangun.

Sudah pukul 06.22

Mimpi macam apa itu?
Kenapa tiba-tiba datang?
Mengapa terasa begitu nyata?
Apa maksudnya?

Meh, syukurlah itu cuma mimpi