May 06, 2014

Sampai Ketemu di London, Kim

(Source: weheartit.com)


Malam itu, seperti biasa aku duduk di balkon atas rumahku. Balkon tanpa atap, sehingga aku bisa beradu tatap dengan bintang-bintang. Beginilah yang aku inginkan. Duduk tenang menatap bintang-bintang. Mengingat semua kesibukanku yang akhir-akhir ini membuatku tidak sadar bahwa aku punya kehidupan lain yang perlu aku nikmati. Kehidupan di mana aku bisa dengan tenang membangun mimpi-mimpiku.

Ya, tenang, seperti sekarang.

"Kenapa kau suka sekali duduk dan bengong di sini, sih?" Kata Nara sambil memukul kepalaku.

Nara. Teman dekat-bodohku, yang selalu dengan tiba-tiba muncul saat aku duduk di atap. Rumah kami memang bersebelahan. Sungguh mengganggu suasana. Padahal aku hanya ingin duduk sendiri dengan tenang.

"Kenapa kau suka sekali mengganggu ketenanganku?"
"...karena kalau tidak begitu akan jadi tidak seru."
"Jadi, menggangguku itu seru?"
"Heheheh." Dia terkekek. Senang sekali melihatku kesal sepertinya.

Aku tidak menghiraukannya. Aku kembali diam dan mencoba bertingkah seperti ia tak ada.

Eh, tapi mengapa dia juga diam? Tidak biasanya dia diam seperti ini. Bagi Nara, diam itu mati. Jadi dia tidak suka diam. Ha? Apa dia sudah mati? Oh baguslah kalau dia mati. Tapi...

"Apa maumu?" Aku mulai bicara.
Dia diam. Matanya menatap ke atas. Aku penasaran dan mengikutinya melihat ke atas juga. Aku heran.
"Sejak kapan bintang-bintang itu menarik perhatianmu?" Tanyaku.
"Ternyata, begini ya rasanya..."
"Apa?"
"Duduk diam dan menatap langit." Jawabnya. Aku meliriknya sebentar. Sepertinya dia benar-benar terpesona dengan pemandangan langit bertabur bintang di depannya. Kalau lagi begini, Nara terlihat keren. Aku sempat sedikit tersipu. Ha? Apa yang baru saja kukatakan? Aku sudah gila.

"Heh? Baru sadar dia. Kalau begitu, kau mengerti kan kenapa aku marah-marah? Kau merusak ketenanganku tahu." Kataku. "Jadi kau tidak perlu susah-susah memanjat ke sini lagi."
"Kalau itu, aku nggak bisa janji. Heheheh!" Dia terkekek lagi. Baru saja aku melihat sosok Nara yang kalem dan keren. Lalu dengan cepatnya berubah seperti sedia kala.
"Huh, kalau kau hanya ingin menggangguku, lebih baik kau pulang saja sana." Bentakku.
"Kau yakin tidak akan merasa kesepian kalau aku pergi?" Katanya. Heh? Memangnya, siapa dia? Percaya diri sekali, sih.
"Lalu kau mau apa?"

"Aku ingat kau pernah cerita tentang mimpi. Impian. Apa kau sudah mencapainya?" Tanyanya. Kali ini raut mukanya menunjukkan keseriusan, meski bertanya tanpa melihat ke arahku. Matanya masih menatap langit. Apa bintang-bintang itu sudah benar-benar menarik hatinya?

Lagipula, apa urusannya dengan bertanya tentang impianku? Tapi, melihat rautnya yang serius, aku jadi tidak tega kalau ingin menanggapi pertanyaannya dengan sinis.

"Aku selalu ingin pergi melihat dunia. Nggak cuma di sini. Dan sepertinya belum." Baiklah kali ini pertanyaannya aku tanggapi dengan baik.
"Apa ada suatu tempat yang ingin sekali kau kunjungi?" Sepertinya dia memang sedang ingin serius.
"Inggris. Aku ingin sekali ke sana." Ya, impianku sejak kecil. "Aku mengaguminya. Entah. Perasaan kagum itu muncul sejak aku mulai belajar bahasa Inggris, lalu semakin besar, kekagumanku semakin menguat." Aku semakin bersemangat menceritakannya.
"Keinginanku untuk dapat memijakkan kaki di sana semakin bertambah. Aku ingin melihat Big Ben, melihat kelap-kelipnya London Eye di malam hari, melihat megahnya Buckingham Palace, merasakan ajaibnya Universitas Oxford..." Aku merasakan hal yang aneh menjalar ke seluruh tubuhku. Aku merasa sangat senang menceritakan ini. Aku merasa bersemangat.
"...merasakan udara Inggris di kulitku, melihat orang-orang berbicara dengan aksen yang sangat indah, berjalan di antara orang-orang bersepatu boots dan ber-sweater tebal, dan mengagumi keindahan sejarahnya. Haha. Klise memang. Tapi, keinginanku untuk pergi ke sana, sepertinya tidak akan pernah mati."
"Bagiku, Inggris adalah simbol keeleganan, dan inspirasi." Aku merinding menceritakannya. Ya, memang aku selalu mengagumi negara itu sejak kecil. Aku menghela napas.

"Kekanakan sekali! Hahahahaha. Kau ke Inggris hanya ingin melihat tempat-tempat itu? Hahahahaha." Nara tertawa geli sekali. Apa yang lucu???
"Memangnya kenapa kalau aku ingin melihat tempat-tempat itu?" Aku kesal, sekaligus heran. Tak kusangka ceritaku yang penuh perasaan itu diresponnya dengan tawa.
"Tempat-tempat itu sudah biasa. Apa hanya itu yang kau tahu tentang Inggris? Heheheh." Dia senang sekali menertawakanku.
"Memangnya kenapa? Lalu, kau sendiri, apa kau sudah pernah ke sana?" Aku membalasnya dengan ketus.
"Kau ini kebanyakan melamun ya? Hahahaha." Katanya. 

Cukup sudah, aku bersumpah nggak akan cerita tentang mimpiku lagi dengannya.
"Kau tidak mengerti! Aku selalu menaruh mimpi itu di dalam hatiku, di pikiranku. Aku selalu ingin mewujudkannya. Dari dulu, dan aku nggak pernah sembarangan cerita ke siapapun. Bagiku, ini adalah hal yang sangat personal. Ini tentangku, hidupku, impianku. Lagipula, semua tempat di dunia ini istimewa, tidak ada yang biasa atau jelek. Kau tidak mengerti itu."

Aku pergi meninggalkannya sendirian. Kututup jendela kamarku yang biasa kugunakan sebagai akses ke balkon.
Aku merasa sangat sedih. Nara bodooooh! Aaaaaargh!!!!

~

Sudah seminggu aku tidak mendatangi balkon. Selain karena kesibukkanku yang membuatku kehabisan waktu luang, aku masih kesal dengan kejadian malam itu. Kalau aku duduk di balkon lagi, aku tahu Nara pasti akan datang. Jadi malam ini aku hanya duduk di kamar. Sesekali melihat ke luar jendela. Bintangnya banyak. Aku jadi penasaran. Kalau aku nggak ada, apa Nara tetap datang dan menatap bintang-bintang?

Sudah hampir tengah malam dan aku belum bisa tidur. Sebenarnya apa yang kutunggu??

Kemudian aku mendengar suara dari luar jendela. Suara apa itu? Membuatku takut saja. Ini sudah hampir tengah malam, kan? Apakah itu maling? Oh tidak. Aku masih muda, aku belum mau mati, aku masih ingin mencapai mimpi-mimpiku. Lagipula, apa yang mau dicuri dari gadis seperti aku? Apa yang harus kulakukan?? Aaargh!

Lalu aku memberanikan diri mengintip lewat jendela. Sungguh mengagetkan. Maling itu ternyata Nara. Tunggu, tapi dia bukan maling. Iya benar itu Nara. Apa yang dia lakukan di sini? Ini kan tengah malam.

Kuperhatikan gerak-geriknya dari jendela. Sebentar-sebentar dia menguap, menepuk nyamuk, dan mengulet. Apa yang sebenarnya dia lakukan? Salah sendiri duduk di luar malam-malam. Jadi dinyamukkin, kan. Lalu dia mengambil ponselnya. Sepertinya dia menelepon seseorang.

Benar saja. Dia mengobrol. Sambil tertawa-tawa. Apa yang dibicarakannya sih? Dan kenapa mengobrol sekeras itu malam-malam begini?? Kulihat jendela kamar tetanggaku menyala. Lalu jendela kamar tetanggaku yang berikutnya. Eh, ponselku getar, ada pesan.
"Kimy, bisakah kau berhenti mengobrol malam-malam begini?" Ternyata ayahku. Dia bahkan sampai mengira aku yang berisik.

Sudah cukup. Kalau dibiarkan terus, bisa-bisa besok pagi aku yang disalahkan oleh semua tetanggaku karena mengganggu tidur mereka.

Aku memanjat ke luar jendela.
"Kenapa kau matikan?" Ucap Nara. Ups, aku merampas ponselnya di tengah obrolannya. Habis, aku kesal, sih.
"Kau mengganggu orang-orang tidur, tahu. Setahuku tidak ada deh, orang yang datang ke rumah orang lain dan mengobrol lewat telepon seberisik itu tengah malam."
"Kali ini kau tahu kalau ternyata orang seperti itu ada, kan? Heheheh." Katanya. Masih tertawa lagi.
"Sudah, kau pulang sana."
"Kau benar-benar ingin aku pulang?"
"Memangnya aku pernah memintamu untuk datang? Lagipula aku masih kesal padamu."
"Baiklah aku minta maaf. Aku tidak bermaksud untuk menertawakanmu. Tapi melihat wajah antusiasmu yang aneh, aku jadi tidak tahan untuk tertawa. Hahaha." Dia benar-benar tidak bisa berhenti menertawakanku rupanya.
"Kalau kau hanya ingin menertawakanku, lebih baik kau pulang saja. Aku ngantuk." Kataku sambil berjalan menjauhinya. Sebenarnya aku nggak sengantuk itu, sih.

Tapi dia menarik tanganku.
"Tapi aku ingin memberikanmu ini. Kau ke mana saja sih, tadi? Lama sekali. Aku sampe bosan dan dinyamukkin. Ya sudah jadinya aku telepon saja temanku dan mengobrol."
Ya sudah, jangan menarik tanganku kencang-kencang bisa tidak? Huh, langsung saja aku mengambil gulungan kertas yang dipegang Nara tanpa mengindahkan alasannya.

"Apa ini?"
"Kurasa kau tidak perlu bermimpi lagi." Katanya. Ha? Apa maksudnya?

Kemudian kubaca kertas yang kupegang.
Aku nggak percaya ini.

"Sebenarnya kampung halamanku di sana. Tidak ada salahnya untuk pulang setelah sekian lama." Lanjut Nara.
Aku tidak percaya dengan apa yang aku baca dan aku dengar sekarang. Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi.

"Sampai ketemu di London, Kim." Kata Nara yang sudah berada di jendela kamarnya. Aku bahkan tidak sadar kalau dia sudah kembali ke rumahnya. Aaaaaaaaaa!!!!!! Bodoh, Nara memang temanku yang paling bodoh. Aku tersenyum.




Regards,














Larissa Ramadhanti

May 05, 2014

Wooof!!!
Masih soal Blog Contest #InggrisGratis. Setelah gue meng-entry blog gue, sebenernya gue nggak mau ngecek-ngecek lagi. Tapi, rasa penasaran yang berlebihan, ternyata mendorong gue untuk terus mengecek hashtag #InggrisGratis di twitter. Semakin gue ngecek, semakin gue stalk, semakin gue nggak bisa kalem. Aargh!

Banyak banget yang ikutaaan! Banyak juga yang meng-entry blog lebih dari satu. Sungguh sejak tau ada blog contest itu, pikiran gue nggak pernah jauh dari bayangan tentang Inggris. Bahkan gue benar-benar merasa seolah-olah gue besok pasti berangkat. Dan yang pasti, gue semakin sulit untuk tidur cepat. Bayangan-bayangan tentang Inggris bikin gue nggak bisa tidur. Terlalu indah. Aargh, ya Tuhan....

Oke, nggak ada gunanya juga gue curhat begini. Mendingan gue bikin postingan lagi.
K!

May 02, 2014

Wake Up in London!!!

One word, EXCITING, to know about the Blog Contest by @MisterPotato_ID from koh @aMrazing, with free-trip-to-England as prize! #InggrisGratis. Oh my God, I'm so exciting to write this. My hands are shaking now, because this, is about my dream country, ENGLAND! Aaaaaaakkk!!!

Kenapa? Kenapa gue harus pergi ke Inggris? This is sooo sooo interesting. Inggris. Siapa yang nggak tau dengan negara keren itu? Siapa yang nggak tau negara dengan klub-klub sepak bola terkenal itu? Siapa yang nggak tau gimana hebohnya The Royal Wedding yang ditayangin hampir di seluruh negara? Siapa? Siapa? Ha?

Dan sekarang, gue kasih tau kenapa gue HARUS pergi ke Inggris!

The Magic of The University of Oxford
University of Oxford. The coolest university in the entire world. Ya, universitas keren ini nggak diragukan lagi sebagai universitas impian para akademika yang menginginkan kuliah dengan standar berkualitas tinggi dan belajar bak di negeri dongeng. I can say that, this university is more like a castle rather than a university. And it's really an honor and happiness to study in a castle. Jujur, Oxford ini juga merupakan universitas impian gue. Everybody's dream college, I think. Nggak cuma soal kuliah aja, gue sangat-sangat-sangat ingin mendatangi tempat ini karena, oke ngaku, karena sihirnya film Harry Potter. 

 University of Oxford
(sumber: Google.com)

 Oxford Library
(Sumber: Google.com)

Yep, I got hit by their magic. Kesan dan kemegahan yang diberikan bangunan keren ini selalu sukses bikin gue merinding tiap gue melihat foto atau liputan yang membahasnya. Agak lebay memang, tapi asli, University of Oxford is one of the most wanted place I MUST visit before I die. Aaak!


Iconic Places
As we know about Big Ben, London Eye, and London Bridge yang selalu kita lihat di Google dengan fotografi yang keren, Inggris memiliki tempat-tempat khas yang merepresentasikan bahwa itu adalah Inggris hanya dengan kita melihatnya tanpa perlu cari tahu lebih banyak lagi. Those iconic places I really-really want to visit. Gue sering melihat ikon-ikon ini dengan angle fotografi yang keren. Gue ngebayangin gimana super kerennya ini kalo gue bisa lihat langsung dengan mata kepala gue sendiri.

(Sumber: Google.com)

Nggak cuma tempat-tempat itu aja, masih banyak banget tempat-tempat yang ingin gue kunjungi. Such as, Buckingham Palace! Where the elegance born. I really adore the kingdom family. You know how great and elegant the Royal Wedding was? Well, that was a prince wedding, and it had to be elegant of course.

Buckingham Palace
(Sumber: Google.com)

Juga, stadion milik klub-klub besar di Inggris yang pastinya akan lebih membangkitkan aura kita dan menyadarkan bahwa kita memang benar-benar di Inggris, negara dengan klub-klub sepak bola terkenal di dunia. Ibaratnya, kalo ke Inggris nggak ke stadion sepak bola, rasanya kurang. Oh, dan jalanan London dengan red-telephone-box-nya yang keren. And also, Abbey Road!

Abbey Road
(Sumber: Google.com)

Oh I'm not gonna miss it. Mainstream? No. Every place in this world is special!


Elegant
As I explain on the previous line, the first thing that cross my mind about England and all in it, is elegant. Bahasa mereka termasuk elegan. I love british english. For me, it's elegant, it's sexy, it's cool, it's beautiful. I've ever heard someone talk in british and I felt like :o And I think it's cool to be surrounded by people with that accent, though I'm sure I will be dizzy for a while. Haha. No! It will be really cool!!!


Fashion
HEADPIECE! I always adore their headpieces. Seperti yang dipakai oleh the Duchess of Cambridge, Kate Middleton. It's so elegant, so beautiful. I also love the way the English wearing. Cuaca di Inggris yang cenderung dingin, membuat banyak dari mereka memakai pakaian tebal dan tertutup. Boots, winter coat. That's really cool!! Ya, itulah yang ada di pikiran gue tentang gaya berpakaian orang Inggris.

(Sumber: Google.com)

I called it London Street Style. It's gonna be cool to wear the style on the real London street. Heheh. Tapi, memakai pakaian tradisional Indonesia dan berjalan di jalanan di London sepertinya akan menarik juga.


Weather
Yang terlintas dalam pikiran gue tentang cuaca di Inggris adalah langit mendung yang keren. Bahkan, kalo di Indonesia lagi musim hujan, tiap mendapati langit mendung yang keren, gue selalu melihat ke langit dan berkata dalam hati, 'this is London sky...', dan kalo mendungnya pagi hari, I say, 'I wake up in London...', oh my God, I'm really-really into it. Tapi, whatever the wheater is, I wanna know how it feels like when I'm in England.


Inspiration
Yep, England is my inspiration too. Saat gue kelas 3 SMP, gue pernah menulis novel, my-innocent novel, yang setting-nya di Inggris. Novel itu gue tulis karena gue sangat-sangat-sangat terobsesi dengan Inggris. Juga, waktu itu gue sedang sangat tergila-gila dengan CR7 yang masih di Manchester United (sekarang juga masih sih, haha).

(this is my-innocent novel)

Bahkan, sampai sekarang, obsesi gue saat kelas 3 SMP itu, masih gue jadikan bucketlist gue. Lalu gue ingat, gue juga pernah bikin post tentang impian gue, tempat-tempat yang ingin gue kunjungi, di blog ini.

Alasan lain kenapa gue harus pergi ke Inggris adalah, karena gue nggak boleh menyia-nyiakan kesempatan emas. Dan ini adalah kesempatan emas. And England is my dream country to visit at least once in a lifetime!

Iya, gue harus ke sana, terus soundtrack-nya pake lagunya One Republic - Good Life

Woke up in London yesterday
Found myself in a city near Piccadilly
Don't really know how I got here
I got some pictures on my phone
New names and numbers that I don't know
Address to places like Abbey Road
Day turns to night, night turns to whatever we want
We're young enough to say...
Oh, this has gotta be a good life
This has gotta be a good life
This could really be a good life, good life...

And that's why I wanna wake up in... London!

Regards,






















Larissa R