August 02, 2019

Dilema Ibuk

Tahun 2019 sudah berjalan setengahnya. Sejak punya anak, entah kenapa hidup gue terasa cepat banget berputarnya. Waktu terasa cepat berlalu tapi gue tidak merasa live in it. Gue menjalani waktu gue, membiarkannya berputar, tanpa bisa merasakan seutuhnya setiap moment di dalamnya. Contoh sederhananya gue rasakan ketika hari-hari besar, Idul Fitri, Ramadhan, Tahun Baru, entah kenapa sulit untuk bisa gue rasakan esensinya. Kenapa ya?

Akhir-akhir ini pula, gue mulai kepikiran lagi untuk akan-melakukan-apa-agar-gue-tidak-diam-saja-dan-tetap-menghasilkan. Sedikit banyak, gue rindu melakukan uji coba resep, merancang konsep, gue rindu baca buku dengan tenang, rindu ketika gue terinspirasi dan dari inspirasi-inspirasi itu gue bisa membuat sesuatu, entahlah, sebuah karya, mungkin?

Tapi gue juga merasa, berpikir untuk diri sendiri seperti itu untuk sekarang ini, kok, seperinya kurang wise, mengingat gue punya tanggung jawab yang harus banget difokuskan...

Sebenarnya, dari situ sudah jelas banget sih, mana yang harus menjadi prioritas hidup gue untuk saat ini. Tapi melihat sekeliling gue yang sudah mulai 'hidup' lagi, mulai baking lagi, mulai berkreasi lagi, gue jadi ter-trigger lagi untuk, wey gue juga bisa kayak gitu, or even better, maybe. Hal-hal yang bikin gue trigger itu ends up bikin gue ter-distract. Hilang fokus. Ujung-ujungnya membanding-bandingkan, mengeluh, dan jadinya tidak ada satupun yang dikerjakan dengan baik.

Maybe they're toxic. No, they're not, actually. Even toxic sounds so harsh for them yang bahkan ngga melakukan hal yang merugikan gue. But, when I feel distracted, I think it is me yang harus sejenak memberi jarak. Set up my mind. Focus on the most matter and important things.

It's not like I'm not trying. Look, I've been trying. Tapi ujung-ujungnya, yang tumbang adalah gue sendiri. So, YEAH!

I don't go directly with...
It's okay, cha
or
Sabar aja lah
or
Tenang aja, cha

Sebelum itu, gue pasti memaki-maki diri sendiri dulu, galau-galau dulu, nangis-nangis dulu. Karena gue ngga bisa deny kalau gue sedih dan malu dan merasa ketinggalan dan sebagainya dan sebagainya. I took my times for pity-ing myself, then, okay, it's okay. Now close your eyes, heart, and mind from all the things that distracted your focus, then start again.

Life is simpler now, for me, by being focus and be happy with what I have now.

Menurut gue, bukan menyerah namanya untuk sejenak berhenti melakukan apa yang diinginkan. Gue menentukan prioritas. Pun semoga ini bukan pembenaran semata. Dan gue juga selalu berdoa untuk bisa mengikhlaskan semua yang saat ini belum bisa gue lakukan demi agar gue bisa menjadi ibu yang baik dan ngga lalai sama anak dan suami.

Lalu gue memutuskan untuk berhenti sejenak dari instagram...
Lalu gue memutuskan untuk mengatur bermain sosial media jadi seminggu sekali, hanya tiap weekend. Since then, my days feel lighter and lighter...