March 21, 2018

A Strike From The Past: The Man Who Brave Enough

I had a dream last night. There was this guy that I once adored when in the middle school. I passed by his home, then his wife called me to come in. He saw me, and told his wife, ‘you don’t need to do this’.

What is wrong here?

After that, she asked my name are you Larissa, then she showed me a photograph. It was me and a couple of friends in it. Fast forward, I saw a lot of picture of me in her laptop and I realized that she had been stalking me for quite some time. Then, my friend—the guy I mentioned—told that why didn’t we—me and him—start any talk back later that time?

So maybe, his wife has a feeling that her husband ever has a crush on me and never be brave enough to say it to me. She didn’t want to accept it even after this time they got married and have a kid, because it just distracted her mind, then she stalked me.

Can’t deny that I feel a bit happy to know that he—the guy—liked me too, actually

But then


I said to him and her

To be honest, I once adored you back then. I can’t talk because I was not the type of girl who do the first talk to a guy—especially I liked. But, look at now... you got married, I got too. You just had a kid, a handsome one. Soon, I will have it one too. So just, let it go of the past. Everything has changed. We are moved on.

Then I awake

Look at my husband’s face, asleep

And... I know
I see the man who brave enough to talk to me
The man who brave enough to ask my daddy
The man who brave enough to bring her family to meet mine
The man who brave enough to make a commitment
The man who brave enough to marry me
The man who brave enough to take responsible on me—taking over my daddy’s—which is not an easy thing
The man who brave enough to work hard to fulfill my needs, our little family needs
The man who brave enough to accept me just the way I am

Even though I know that he’s only human in the end—we are only human—an amateur in life, he’s brave enough to do it all, to take risks
With all of his limits and weaknesses

How can I do such thing called cheating or even thinking about my crushes from the past because at the end, they were not brave enough?

Nah, not like that,
I think, they supposed to be brave enough
Only, it was just...
It’s just actually as simple as...
I and all my crushes just weren’t meant to be

Even I try to think about 'did I make a wrong/right decision back then?'
Nah, nothing to lose, though

But hey, by the way,
Kenapa gue sering dapet mimpi dari orang-orang di masa lalu dan bikin gue baper bangun-bangunnya ya??

It’s annoying somehow

March 09, 2018

Preggo Story 5: Kena Semprot

Memasuki bulan ke-7, gue kontrol lagi. Kali ini hasilnya agak bikin gue sedih. Memang sih, gue agak longgar akan asupan selama sebulan ini. Seperti senang mengonsumsi teh manis, minum susu yang sering lupanya di malam hari, bahkan lupa minum vitamin. Buk, ibuk ataupun calon ibuk jangan diikutin ya, yang kayak gini. Alhasil dokter bilang berat badan janinnya kurang untuk usia kandungan yang sudah 7 bulan memasuki 8 bulan ini. Gue yang dari awal kontrol sering mendapatkan berita bagus dan normal-normal aja, sedih banget dengan kontrol yang sekarang. Pura-pura kuat, tapi sampe rumah langsung nangis. 

Meskipun begitu, selalu ada hal lain yang perlu disyukuri. Kondisi dedek alhamdulillah baik-baik saja. Volume air ketuban normal, dan posisinya sudah menghadap ke bawah (ke jalan lahir), semoga tetap begitu sampai waktunya lahir, aamiin.

Godaan tersusah itu ya minum teh manis, mau itu dingin atau hangat...

Sebulan kemudian gue kontrol lagi. Kali ini gue pindah kontrol ke RSIA Resti Mulya, Penggilingan, Jakarta Timur. Dekat dengan rumah, dan udah bagus tempatnya. Sebenernya, di bulan kemarin gue udah pengen banget pindah ke sini, cuma selalu nggak sempat.

Jadi, teman dekat gue, Ghinda, pernah melahirkan di RSIA Resti Mulya ini, udah lama sih, sekitar 2 tahun lalu. Gue tanya-tanya ke Ghinda, siapa tahu masih ingat. Dulu Ghinda juga pindah ke RS ini pas usia kandungannya 7 bulan. Dapatlah gue nama dokter SpOG yang waktu itu menanganinya. Dokter Sitti Fausihar, SpOG namanya. Gue datang dengan pedenya di hari Sabtu, di mana Ai juga libur, jadi gue bisa dianterin. Ternyata dokternya ngga ada. Dokter yang praktek di hari itu juga udah pulang. Gue dikasih kertas jadwal praktek dokter sama mbak-mbak resepsionis. Jadilah gue balik lagi ke bidan Vivin waktu itu, karena udah waktunya kontrol (yang ceritanya seperti gue jelasin di awal).

Ya udah, gue baru sempat akhirnya di kontrol yang berikutnya (yang baru seminggu kemarin ini). Di jadwal, dokternya ada jam 4 sore, sedangkan Ai baru sampe rumah jam setengah 5 sore (sengaja dicepetin pulangnya, tapi mepet juga). Dokter closingnya jam 6. Gue takutnya dioper ke dokter yang praktek berikutnya, jam 7 malam. Tapi, alhamdulillah banget, pas gue daftar, salah satu mbak resepsionisnya masih ngasih gue untuk bisa kontrol dengan dr Sitti Fausihar. Gue lega deh rasanya. Trus ya udah, kayak biasa gue dicek tekanan darah, ditimbang, dan nunggu dipanggil. Berdasarkan timbangan di rumah sakit itu, berat badan gue nambah 4kg dari yang timbangan bulan lalu. Gue alhamdulillah aja. Trus gue dipanggil untuk masuk ke ruangan dokter.

Kesan pertama sama dokter Sitti Fausihar, she looks younger than I expected. Kok kayak ngga beda jauh gitu umurnya dari gue ya. Trus ya udah gue ditanya macam-macam, di USG. Kali ini jenis kelamin dedek udah keliatan nih, haha. Mukanya juga udah diliatin sama dokter. Dr Zihar panggilannya. Gue selalu senang dengan dokter yang komunikatif seperti dokter Zihar ini. Sambil USG, dr Zihar selalu menginformasikan apapun yang dia lihat dan pendapat-pendapatnya. Gue merasa klik. USG kali ini sangat menyenangkan.

Setelah USG, dr Zihar dengan panjang lebar menjelaskan apa hasil dari pengamatannya. Ngga beda jauh sih, dari yang kemarin. Ternyata, walaupun timbangan gue nambah, berat badan janinnya masih terbilang kurang untuk usia kandungan yang sekarang. Oke, gue sedih lagi. Tapi dr Zihar membeberkan solusi-solusi yang cukup detail tentang bagaimana cara untuk menaikkan berat badan janin di usia kandungan yang sudah dekat ini. Gue disemprot abis-abisan deh pokoknya kali ini, dimarahin juga. Membuat gue agak merasa ngga well-educated banget pas dia bilang, 'memangnya kamu nggak googling? Haduh.' Gue mau membela diri tapi gue ngga mau keliatan lebih ngga well-educated lagi dengan menjadi keras kepala. Tapi entah kenapa gue merasa senang dimarah-marahin begitu, karena gue jadi semakin jelas dengan apa yang harus gue lakukan. Dokter yang sebelumnya nggak begitu soalnya.

Meski sedikit kalang kabut, akhirnya dengan tenang, dr Zihar memberikan gue saran-saran seperti makan putih telur 6 butir/hari, makan daging/ikan/ayam minimal 200gr, dan ganti susu ibu hamilnya dengan susu L-M*EN.

"susu L-M*EN, serius dok?" tanya gue.
"serius. Kamu butuh, sangat butuh banyak protein." jawabnya.
"selama ini kamu ngemil aja ya? Makan sayur doang yang banyak? Sama buah? Sayur dan buah itu hanya sedikit, sangat sedikit sekali yang bisa diambil. Ngemil boleh, ngemil yang manis-manis boleh. Berat badan janin memang akan nambah. Tapi, meskipun nambah, nanti yang besar hanya badannya saja, sedangkan dari segi intelektual, dia akan kurang." tambahnya. Gue kayak kesamber petir.

Jadi intinya, ibuk hamil memang harus makan makanan yang bergizi dan seimbang. Jangan jajan sembarangan. Boleh sih, jajan, tapi tetep harus makan makanan yang proper. Sebenernya gue tahu, tapi kadang gue mau makan apa yang gue mau doang, seperti saemen (salmon maksudnya), kacang aemen (almond), gemblong, donat gula, seblak, katsu roll-nya Ichiban, thai tea Dum Dum, bakso, mie ayam, batagor, dll (kalo gue bilang kayak gini di depan dokter, disemprot lagi lah gue, merasa nggak well-educated lagi lah gue, kecuali salmon dan almond sih gapapa dibanyakin).

Dokter meresepkan gue vitamin zat besi tambahan. Vitamin kali ini lumayan enak. Dikunyah, dan rasa cokelat. Pulang dari sini, gue beneran ngikutin semua saran dari dokter. Makan putih telur 6 butir setiap hari, makan daging sebanyak 200gr, minum susu tinggi protein 200ml 3x sehari. Warning banget, udah dekat waktunya, tapi masih begini, ya Allah...

Di jalan pulang, gue sedih
"ayo mau ke mana dulu nih?" tanya Ai.
"..."
"makan Abuba dulu deh biar ga sedih lagi." tambah Ai. Gue diem-diem, tapi mau, tapi kondisinya lagi mau hujan. Sebel.
"mau nggak? Udah ayo makan ke Abuba, biar ngga sedih dulu." Ai masih insist. Tapi jadinya beli susu doang waktu itu, karena udah hujan.

But I can't wait to see dr Zihar lagi di kontrol berikutnya
I'm quite exciting

Gue ngga punya bayangan nantinya bakal kayak gimana
Semoga nanti lahiran berjalan dengan lancar dan selamat ya Allah...
AAMIIN

"Ai, ajakan makan ke Abuba masih berlaku nggak?" tanya gue ke Ai.
"..." lah dia diem.
"nggak ada tanggal kadaluarsanya, kan?"
"ah, lagian waktu itu ngga mau sih."
"waktu itu ujaaan."

Biaya kontrol dengan dr Zihar SpOG di RSIA Resti Mulya + Vitamin Maltofer Rp 408,000

March 01, 2018

Dear, My Husband

You should take it as a compliment that I got drunk and made fun of the way you talk
(Gorgeous - Taylor Swift)

And I’m so furious at you for making me feel this way
(Gorgeous - Taylor Swift)

He built a fire just to keep me warm
(Call It What You Want - Taylor Swift)

My baby’s fit like a daydream
Walking with his head down
I’m the one he’s walking to
(Call It What You Want - Taylor Swift)

I don’t want you like a best friend 
(Dress - Taylor Swift)

I'm laughing with my lover
Making forts under cover
Trust him like a brother
You know I did one thing right
I did one thing right
(Call It What You Want - Taylor Swift)

It’s crying on a shoulder you can put your trust on
(Love - Fathia Izzati)

Stay here, honey, I don't wanna share
(Delicate - Taylor Swift)