March 29, 2016

Ironi

Kau...

Mengapa bersedih?
Setelah kau tulis semua kepasrahan itu, nasihat-nasihat yang kau kutip itu, cerita-cerita yang seolah-olah meyakinkan orang-orang yang membaca akan mengira kau adalah orang yang kuat, yang tegar?
Mengapa hatimu masih gundah?
Mengapa kau masih merasa gelisah?
Mengapa kau masih merasa iri?
Mengapa kau masih memilih untuk kecewa?
Mengapa...?

Kau tahu?
Kau belum cukup ikhlas menerima semuanya
Kau belum cukup ikhlas dengan jalan hidupmu yang sedang berputar ke arah yang tak kau suka

Kau yang menuliskan 'aku yakin segalanya akan jadi lebih baik'

Tapi mengapa kau masih terlihat ragu?

Kau tahu?
Kau belum cukup yakin dengan apa yang kau yakini..

Kau sungguh adalah sebuah ironi

March 23, 2016

Setahun Wisuda (Part 2)

Kiranya 2 minggu yang lalu, aku bersama adik-adik dan ibuku pergi makan siang di sebuah mal. Kami sedang asik-asiknya makan saat ponselku bergetar di dalam tas. Kupikir sebuah pesan masuk, tapi ternyata getarannya tidak langsung berhenti. Kuambil ponselku dan ternyata Mbah Uti meneleponku. Sambil sesekali menyuap makanan ke dalam mulutku, aku mendengarkan Mbah Uti bicara.

Setiap Mbah Uti berbicara padaku lewat telepon, kebanyakan aku cuma bisa membalasnya dengan 'iya mbah, hehe', atau 'alhamdulillah, mbah', dan Mbah Uti tidak pernah melewatkan untuk menyelipkan sebuah doa untukku yang selalu kubalas dengan 'aamiin mbah'.

Mbah Uti meneleponku ternyata untuk mengucapkan selamat ulang tahun. Beliau bahkan, sebelumnya, meminta maaf karena terlambat memberi ucapan selamat. Tak lupa, Mbah Uti mendoakanku di penghujung telepon.

Alhamdulillah, kamu sehat, terus kuliahnya juga sudah selesai, dapat kerjaan yang sesuai bidangnya. Orderan kuenya udah banyak, ya..? Alhamdulillah, cucu Mbah baik-baik semua, ya. Aamiin.

Telepon ditutup, aku tercenung. Rasanya seperti keramaian di restoran tempat kami makan siang jadi hilang. Hanya ada aku dan suara Mbahku.

...dapat kerjaan yang sesuai bidangnya
...dapat kerjaan yang sesuai bidangnya
...dapat kerjaan yang sesuai bidangnya...

Aku yakin, Allah sedang menunjukkanku kebesaranNya lagi. Di saat aku galau (aku masih sering galau soal ini), Allah selalu menunjukkanku kebesaranNya. Seolah-olah aku diperingatkan untuk jangan galau.

Mbah Uti benar. Mungkin akan lebih sulit jika aku bekerja tidak sesuai bidang. No matter what happened, I'm on the right track anyway. Dan kalau dirasa-rasa, aku pun merasa hatiku lebih tenang melakukan pekerjaanku sekarang. 

And, what is better than that? Apa yang lebih melegakan dari hati yang sudah merasa tenang?

Even in a very small thing, in a very unpredictable people you expected to give you a hand to, there's a sign that Allah shows to us
To make us be more grateful for all the things and blessings given
To be more sincere in doing good deeds
To be more patient
And to be more faithful that Allah is Great

Setahun Wisuda

Hi! I was scrolling my Instagram account news feed aaaaand, ended up here. Berawal dari scrolling akun Instagram dan sebuah foto membuat aku tercenung. Lalu aku ingat, hari ini adalah tepat setahun aku resmi diWISUDA! Hey, I've got a story to tell about this. Tee-hee

Pagi-pagi, pukul 3 pagi tepatnya, aku sudah bangun setelah sebelumnya harus tidur dengan sangat tidak nyenyak. Aku baru bisa tidur pukul 1 pagi. Malam itu, euforia akan diwisudanya aku, membuatku tidak bisa tidur. Iya, seperti anak SD yang kesenengan karena besoknya mau piknik. Pagi itu, aku buru-buru mandi. Pukul 4 pagi, aku dan ibuku sudah duduk manis di salon langganan...

Kau benar-benar ingin tahu kenapa aku harus sudah ada di salon pukul 4 pagi? (Sedangkan acara wisuda baru dimulai pukul 09.00)

Sungguh..??

Baiklah. Semua itu karena kami berangkat diantar ayahku. Ayahku adalah seorang penganut lebih-baik-menunggu-1 jam-dari-pada-terlambat-1 menit yang taat. Terlebih, ayahku sangat tidak sabar dalam menghadapi kemacetan. Jadi, mau tidak mau, kami harus mengikutinya, dengan ya itu, pukul 4 pagi sudah di salon, karena pukul 5 pagi harus sudah berangkat. Syukurlah ibu salon langganan kami bersedia 'diganggu' subuh-subuh begitu. Well, setelah urusan di salon selesai (tepat di pukul 5, dan ayahku sudah menunggu di jalan depan salon), kami pun berangkat menuju tempat acara wisuda. Langit masih gelap, tapi jalanan perlahan-lahan mulai ramai. Pukul 6 pagi, kami sudah sampai. Kami yang pertama sampai? Tidak. Seandainya terlambat 15 menit saja, mungkin kami tidak dapat parkiran yang dekat dengan pintu masuk, karena jalannya lumayan jauh untuk masuk ke hall acara wisuda.

Aku ingat pagi itu
Aku ingat langit cerah yang membentang di hadapanku saat aku menatap ke atas
Aku ingat senyum-senyum yang bertebaran sepanjang jalan
Aku ingat seseorang memberitahuku kalau aku memakai topi toga dengan tali yang terbalik dan harus dibetulkan
Aku ingat udara dingin yang berhembus dari dalam, saat aku berjalan masuk ke tempat di mana sebentar lagi aku akan resmi menyandang gelar sarjana...
Aku ingat, sakit flu-ku yang tiba-tiba sembuh hanya pada hari itu
Aku ingat, aku masih ingat...

A Happy Graduate

March 08, 2016

February 25th

Jadi postingan ini adalah tentang hari ulang tahunku. Yang sudah lewat. Tanggal 25 Februari lalu. Sebenarnya, aku menulis ini hanya karena aku ingin menulis, bukan karena aku punya sesuatu untuk ditulis. Menurutku, itu hal yang berbeda. Kau mengerti, kan, maksudku? Yaa seperti itu.

Well, tepat di tanggal 25 Februari kemarin, aku disibukkan dengan orderan toko kue online-ku. Sebenarnya hanya tinggal finishing-nya saja, tapi tetap menjadi hal yang banyak memakan waktu. 150 pcs cupcake harus selesai malam itu juga, untuk diantar pagi-pagi sekali keesokan harinya. Itu rekor terbanyak untukku sejauh ini, dan aku tidak boleh melakukan kesalahan, dan aku sangat bersyukur untuk rekor itu, alhamdulillah. Kalau kau ingin tahu, sebenarnya, satu hari itu aku sangat bingung memikirkan, bagaimana kalau malam harinya teman-temanku datang (seperti yang biasa kami lakukan kalau diantara kami ada yang berulang tahun), sedangkan aku masih mengerjakan pekerjaanku? Apa yang harus aku suguhkan, sementara aku tidak punya waktu untuk itu? Lalu, kau tahu? Malam hari tiba, dan alhamdulillah pekerjaanku selesai dengan baik. Teman-temanku, tidak seperti dugaanku, mereka tidak datang. Hah... Syukurlah, sepertinya mereka memahami batinanku ini. Hahaha. Tapi bukan berarti aku senang mereka tidak datang. Ya, memang aku senang, sih, karena pekerjaanku selesai dengan baik. Tapi, malam sebelum tidur, aku merasa sepi sekali. Sungguh, aku merasa seperti nenek-nenek yang kesepian saja kalau sedang merasa seperti itu. Ooof! Hari berikutnya, dugaanku meleset lagi, karena ternyata teman-temanku tidak datang lagi. Aku merasa sedikit lega, karena uang yang kusiapkan untuk mentraktir mereka, aman. Hahaha.

Kukira sudah benar-benar aman. Ternyata, hari berikutnya lagi, pagi-pagi sekali (tapi tidak juga sih), mereka datang dan aku baru bangun. Tadinya aku mau langsung mandi, tapi aku ngga tega kalau harus bikin teman-temanku menunggu. Jadi, ya sudahlah, aku pasrah menemui mereka dengan keadaan belum mandi.


Duh, aku malu sekali, tapi foto ini sayang kalau tidak dipajang.

Ya begitulah. Kemudian, setelah semua berkumpul, kutinggal saja untuk mandi. Kali ini, aku tidak peduli kalau mereka harus menunggu lama. Hahahaha.



To be called as a chef, kadang aku merasa, o my God, it's too much for me. Karena, to be a chef, masih panjang perjalanan yang harus dilalui, masih banyak ilmu yang harus dipelajari. Aku, aku merasa belum pantas untuk itu. You know, bahkan aku masih belum masuk ke tahap junior. Kadang aku merasa bersalah juga bila tidak melanjutkan ataupun menekuninya dengan serius, karena, jadi chef itu keren. Really.

Entahlah, aku sering merasa takut saja.

And by the waaaay, berapa umurku??? Ah, tidak. Aku selalu merasa aku tidak bertambah tua. Hahaha.

Well, aku bersyukur atas kesempatan dan semua hal yang masih Allah berikan untukku. Sesungguhnya, setiap tahunnya, umurku bukanlah bertambah, melainkan berkurang. Banyak sekali doa dan harapan baik akan cita-cita yang dapat terwujud dan berkah, baik untuk saat ini maupun yang akan datang. Dunya wal akhirah.

Semoga semua yang dicita-citakan, yang dijalankan dengan niat baik, dapat terwujud dengan penuh keberkahan. Aamiin.

Big big THANKS ngga lupa, buat KADICHAREVWAY. Hahahaha. 
Teman-teman yang baik juga rezeki, bukan?
Alhamdulillah...

March 03, 2016

Hening...

Apa kabar mimpi-mimpimu?
Apa kau tinggal begitu saja?
Apa kabar angan-anganmu?

Apa kata hati kecilmu?
Mengapa tak kau ikuti saja?
Apa isi dari benakmu?

---
Those lines from Jakarta Ramai by Maudy Ayunda really are dilemmatic
:'(