December 19, 2018

Stay Beautiful :)


If you and I are a story that never gets told

If what you are is a daydream I’ll never get to hold

At least you’ll know

You’re beautiful every little piece, love

And don’t you know, you’re really gonna be someone, ask anyone

And when you find everything you looked for

I hope your life leads you back to my front door

But if it don’t, stay beautiful

~~



Penggalan dari lirik lagu
Stay Beautiful - Taylor Swift 


To the one who sent me this song, thanks for always remind me to be positive about myself. I smile instantly and feel beautiful everytime I listen to this song. Thank you.

December 08, 2018

Labor And Delivery Story 3

Alhamdulillah proses melahirkan selesai, dan bayi gue ngga perlu masuk ruang NICU. Beberapa hal yang sebelumnya dikhawatirkan seperti berat badan bayinya kurang, usia kehamilan yang masih kurang, hilang sudah, karena ternyata, alhamdulillah lagi, semuanya normal dan baik-baik aja kok, dan ternyata memang usia kehamilannya sudah cukup, kok. Uh, dokter suka nakut-nakutin, deh. Hanya aja, memang kondisi air ketuban sudah hampir kering. Bayangin, bayi gue mesti menunggu selama kurang lebih 6 jam di dalam rahim dengan kondisi air ketuban yang terus berkurang karena rembes. Dokter bilang, ini bayi kuat juga, padahal air ketuban dah berkurang banyak. Masya Allah. Alhamdulillah ya Allah.

Setelah gue dipindahkan ke ruang rawat inap, ngga berapa lama, bayi gue juga sekamar sama gue. Ya Allah, senangnya! Yang paling gue inget juga setelah operasi adalah, gue merasa ngantuuuuk dan hauuuus banget. Setelah suster bilang gue boleh minum, 1 botol air mineral langsung habis dalam beberapa detik. Gue ngga pernah sehaus kayak gitu sebelumnya. Haus parah! Oh iya, gue masih belum bisa merasakan kaki gue waktu itu. Tapi gue udah bisa gendong bayi gue dan menyusui untuk pertama kalinya. Jadi begini ya...? Melihat makhluk kecil yang bikin gue merasa jadi yang paling dia butuhkan. Ya Allah, amazing banget rasanya!

Hello, my tiny little cutie pie. This is me, your mother. Look how tiny you are! Allah is great. He made this tiny little baby so precisely and perfectly. Masya Allah. Alhamdulillah. I can’t stop saying alhamdulillah.

Kata orang, rasa sakitnya melahirkan bakal hilang setelah lihat bayinya sudah hadir di depan mata kita sendiri. They were right.

Abis itu, setelah efek anastesinya hilang, gue mesti latihan baring kanan baring kiri, latihan duduk, latihan jalan, hingga poop dengan lancar. Kalau semuanya sudah lulus, baru gue diperbolehkan untuk pulang. Selama jahitan masih ditutup plester, gue masih dalam pengawasan dokter. Dokter selalu mengingatkan gue, kalau jahitannya mau cepat kering, makan yang banyak, terutama protein. Makan telur yang banyak, pesan dokter. So I did what she said. Eating eggs 4 pieces a day. Alhamdulillah, saat kontrol di hari ke-7 setelah diperbolehkan pulang, plester jahitan gue udah dibuka, which means, jahitannya bagus. Oh man, gue sangat hati-hati banget jaga bekas jahitan gue. Mandi aja gue jadi ati-ati banget.

Plester jahitan udah dibuka, gue udah lumayan banyak gerak tuh. Mana gue bosen kan, kalo di kamar terus. Bahkan, gue berani-beraninya mandiin bayi gue yang umurnya baru seminggu, padahal sebelumnya ragu.

Cha, lo kan cemen, kok bisa? Disuntik, diinfus, pake operasi segala lagi. Trus juga, mandiin bayi yang bahkan pusernya belum puput.


Gue juga heran. Amazing amat yak kalo dipikir-pikir. Sekarang, kalo gue inget-inget lagi masa-masa itu, gue selalu alhamdulillah dan ter-amaze sendiri kalo gue ternyata bisa melewatinya. Let’s say alhamdulillah. Alhamdulillah...

Labor And Delivery Story 2

Tiba waktunya gue untuk operasi sesar. Masuk ke ruang tunggu operasi, sempet kaget juga karena suami tidak diperbolehkan menemani. Ya Allah, gue takut banget waktu itu. Tapi tenaga gue sepertinya tidak cukup untuk melawan ataupun mengekspresikan rasa takut itu. Terlebih rasanya gue ngantuk bgt. Ini infusnya ada obat tidurnya apa, yak? Ya udahlah gue pasrah lagi pokoknya. Melihat sekeliling banyak poster bertuliskan la hawla wa la quwwata illa billah, makin pasrah. Berbekal keyakinan kalau dokternya udah ahli dan berdoa. Ngga berhenti-henti gue berdoa, sholat dengan posisi berbaring, ayat kursi diulang-ulang. Sampai saatnya gue dibawa masuk ke ruang operasi dan operasipun dimulai.

Ruangannya dingin banget coy. Gue dibikin mati rasa dari perut ke bawah dengan suntikan anastesi. Ngga sakit waktu itu suntiknya. Katanya sakit? Apaqa ini karena dokternya yg sudah ahli? Tida tahulah. Alhamdulillah banget pokoknya. Tiba-tiba gue merasa kesemutan dan abis itu gue tidak bisa merasakan kaki gue. Tirai digelar di hadapan gue sehingga gue tidak bisa melihat proses operasi sesarnya.

Benar-benar pengalaman pertama operasi. Gile, gue yang cemen ini, yg benci banget sama jarum suntik, yg luka kebeset kertas aja mesti dipakein hansaplast, sekarang malah operasi. Ckckck. Tumben berani. Sepanjang proses operasi, gue merasa ngantuuk banget. Tapi tidak dibolehin tidur sama asisten dokternya. Di ruangan operasi itu banyak lho ternyata orangnya. Terakhir gue baru tahu kalau di sana ada dokter, asisten2 dokter, dokter anak, bidan, bahkan ada anak koas juga. Gue juga baru tahu kalau operasi sesar ini pakaian kita dilucuti semua. Gue kan malu ya, kaget juga. Ah, kalo diinget-inget lagi mah kesel. Tapi ya itu tadi, pasrah. Bodo amat lah. Sepanjang proses, guenya diajak ngobrol, becanda, biar ngga stres katanya. Gue yang ngantuk, sayup-sayup mendengarkan obrolan dokternya yg ngomongin politik sambil membedah perut gue. Ya Allah.

Tidak terlalu lama sampai akhirnya dokter berhasil mengeluarkan bayi dari dalam perut gue, kemudian terdengarlah suara tangisan, menggema seantero ruangan dan membuat gue terharu. Jangan nangis, jangan nangis, kata dokternya. Biar stabil nafasnya. Bagaimana kubisa tida menangis, dok?

Ya Allah, alhamdulillah...

Alhamdulillah

Labor And Delivery Story 1

Jadi gini...

Gue mau lanjutin preggo story yang tertunda, nih. Preggo story ini akan gue percepat ke cerita saat gue melahirkan.

Kita nggak akan pernah tahu apa yang akan terjadi nanti, bukan? Seperti yang akan gue ceritakan berikut ini.

Setelah akhirnya gue bertemu dokter Sihar untuk kontrol lanjutan, gue dijadwalin untuk kontrol lagi seminggu kemudian. Semakin dekat due date, jarak waktu kontrol menjadi semakin dekat pula. Yang tadinya sebulan sekali, menjadi sebulan 2 kali, menjadi seminggu sekali. So, seminggu lagi gue harus kontrol.

Gue ini semenjak hamil, kalau suaminya libur, pengennya diajak jalan-jalan. Seperti weekend-weekend sebelumnya (selagi hamil juga), weekend kali ini gue dan ai jalan-jalan ke sebuah mal di Bekasi. Kayak biasa aja, jajan sambil melihat-lihat perlengkapan untuk menyambut dedek bayi. Siapa tahu nanti butuh (atau dibutuh-butuhin haha). Tapi waktu itu semuanya yang penting sudah dibeli sih, jadi ya udah, jalan jajan aja.

Ada yg nyangka ngga sih, kalau 3 hari kemudian gue bakal lahiran? Gue inget banget, sesaat sebelum tidur, gue punya pikiran kayak, kok mau lahiran tapi kayaknya biasa aja sih, ngga ada yang wah? Lalu gue tidur. Hingga akhirnya keadaan menjadi berbalik. Pukul 1.30 gue merasa ada sesuatu yang merembes di celana. Pipiskah? Tapi nggak bisa ditahan. Sebelum lebih bocor lagi, gue buru-buru ke kamar mandi. Gue curiga ini air ketuban. Abis selesai dari kamar mandi, belum sampai kamar tidur lagi, gue merasa ada yang rembes lagi. Kali ini gue yakin kalau ini benar air ketuban. Gue berusaha untuk biasa aja. Pernah baca, katanya kalau air ketuban pecah, harus segera ke rumah sakit untuk dapat penanganan. Gue langsung bangunin ai. Diputuskan untuk segera ke rumah sakit saat itu juga.

Sesampainya di Resti Mulya, gue dibawa ke UGD. Di sana gue dicek pembukaan. Cek pembukaan adalah salah satu hal yang paling gue sebelin. Hasilnya, ternyata baru pembukaan 1. Dokter jaga di sana bilang, kalau kondisinya kayak gini, akan butuh ruang NICU nanti untuk bayi setelah dilahirkan. Sedangkan di Resti Mulya saat itu, ruang NICUnya sudah penuh. Akhirnya gue dirujuk ke rumah sakit lain yang terdekat, RS Islam Pondok Kopi.

Air ketuban ngga henti-hentinya merembes sepanjang perjalanan. Gue dibawa lagi ke UGD. Dicek pembukaan lagi. Hhh sebel. Hasilnya sama, masih pembukaan 1. Padahal sebelumnya gue udah bilang ke susternya kalau di rumah sakit sebelumnya udah dicek juga. Mungkin udah SOPnya kali ya. Abis itu suster membawa alat (yang baru-baru ini gue tau kalo itu namanya) CTG untuk merekam detak jantung bayi. Gue dibiarkan tergeletak dengan alat di badan gue selama 15 menit, dengan air ketuban yang terus rembes. 15 menit yang terasa lama.

Setelah hasilnya keluar, gue dipindahkan ke ruangan lain. Terakhir gue tahu kalau itu ruang bersalin. Dibalik tirai sebelah tempat tidur gue, ada seorang ibu juga yang hendak melahirkan. Gue waktu itu belum berpikiran kalau akan melahirkan hari itu. Apa gue akan melahirkan hari ini? Pikir gue. Pada saat itu, gue ngga merasa kesakitan apapun. Gue nggak merasakan mules seperti yang orang-orang bilang kalau mau melahirkan. Yang gue rasa cuma ini ada air yang terus-terusan merembes. Nggak lama, suster datang bawa alat-alat yang gue paling sebelin di dunia. Jarum suntik serta cairan infus. Gue belom ngeh sepenuhnya tuh kalau gue bakalan berdampingan dengan beberapa suntikan nantinya. Waktu itu gue cuma pasrah dengan apa yang akan terjadi. Gue ikuti alurnya. Deg-degan pasti, takut apalagi.

zbl

Pagi menuju siang, dokternya datang. Dokter Husna SPOG. Beliau melakukan USG kemudian menyampaikan apa yang sebenarnya terjadi pada gue saat itu dan memberikan opsi-opsi. Gue bilang gue pilih yang terbaik aja. Gue pasrah. Kemudian gue tidak diperbolehkan lagi untuk makan dan minum. 

December 06, 2018

Hey.

Hey, what’re ya doin?

Taking my time to relax?

I mean, what are you doin? Looks like you’re doing random things.

...

It’s okay.

You know.. I’m trying.

Everything?

No. Not really everything. Just doin what’s possible for me to do.

I see.

I sell a lot of things, and there’s more I want to sell.

I know.

Hey, you know that I always wanted to sell my product in eco friendly way right? It ended up in failure because it cost a lot of money and I don’t think people would buy. So I never start again yet.

You’re waiting for the right time. I know.

...
Does it make me looks like it isn’t me? Selling a lot of things without focusing on just one?

I’m not saying.

But your eyes are.
... (holding tears)
Hhh, I’m a mess, ya know...?

We all are.

Please don’t judge, but, I feel tired. I don’t know why...

It’s ok to be tired. We’re all struggling.

I feel like I’m never ever be enough. Doin random things. Have no purpose.

You have a good handsome son, remember?

Yeah... he’s already a good kid, though. He blessed. I don’t even have to try so hard.

Ya, he’s so blessed because he has a mother like you.

(Can’t handle tears)
I love my son so much that I’m afraid if I can’t ever be enough.

We all are always trying.

But it doesn’t mean that his presence add more trouble in my life. No. Being in a marriage, have a kid, are a blessing that deserve to be grateful for.

I know.

I’m just tired of myself. But not because of my little family.

I know.

...

...

But why people are so noisy?

I don’t know. But don’t worry about it. They’ll understand.

Yeah. They’ll understand.

...

Hey...

Yes?

Thank you.

Anytime.



November 02, 2018

Trip Ke Lombok


I don't know, I just don't wanna call it as honeymoon.
#MajorThrowback

Suatu waktu pada sebuah chat whatsapp…

“Cha, mau kado pernikahan apa, nih?”
“Hmmmm… Apa yaaa….?” dalam hati gue bilang, tiket liburan, please...
“Cepetan, keburu males, nih. Haha.”
“Tiket liburaaaaaaaan. Aaaaaa!! Wkwkwk.” kesebut juga kan, tuh.
“Hahaha. Mau ke mana? Lombok aja mau ga?”
“Pengennya sih, Bali. Soalnya belum pernah. Tapi Lombok juga boleh, hehe.”
“Lombok aja. Bali mah, udah biasa.”
“Serius, nih?”
“Iyee. 3 hari PP ya…”
“Serius, nih?”
“Iyeee. Berangkat tanggal 24, yaa. Dah di-booking-in, nih.”
“Serius, mbaak??? Makasi yaaaaa…”

The perks of punya sepupu yang baiiiiik banget!!!

24 Oktober 2016
Euforia liburan bikin packing jadi menyenangkan dan bikin bawaan lengkap, ngga ada yang kelupaan, tapi tetep nggak banyak-banyak sih, soalnya ngga mau rempong-rempong juga. Kami bawa 1 koper untuk berdua. Sengaja ngga dipadatkan juga, biar kalo beli oleh-oleh, bisa dimasukkin ke koper itu, ngga nambah tentengan ((rencananya)).

Kami dapat flight pagi. Setelah sholat subuh, kami memutuskan untuk memesan taksi online. Alhamdulillah, ada juga yang udah mau ngambil. Udara pagi-hari-mau-liburan yang sangat menyenangkan. But you know what? Kami belum booking penginapan. Sudah searching berkali-kali, tapi belum ada yang pas di hati dan kantong.

Di bandara, kami masih punya waktu sebelum check-in untuk sarapan. Berjalanlah kami menarik-narik koper menuju restoran cepat saji terdekat untuk sarapan, dan kembali searching penginapan. Setelah ini itu ina inu, nginep di Senggigi atau Gili Trawangan, akhirnya kami berhasil memutuskan untuk booking satu penginapan di Senggigi. Booking untuk 1 malam dulu, karena, sekali lagi, rencananya kami juga mau nginap di Gili Trawangan. Akhirnya kami udah tahu bakal tidur di mana nanti sesampainya di Lombok. Sebenernya ada rumah sodara, tapi ntar ngga seru, coy. Ah, gitu aja pake dijelasin, sih?

Setelah sarapan, kami balik ke terminal untuk check-in. Dah lama nih, gue ngga liburan. Alhamdulillah, bisa liburan lagi.

Wah, jadi nih, jalan-jalan…

Di pesawat, sulit bagi gue yang baru liburan lagi ini untuk menahan godaan buat ngga norak. Gue ngga menyia-nyiakan waktu untuk ngga foto-foto, dengan gaya pura-pura ngga norak. Halu abis.





Lombok Praya International Airport.
Gue baru tau, bandara Lombok itu namanya Lombok Praya.

Wah, udah sampe nih. Kata Ai, kami udah ditungguin sama sodara. Namanya Ayu dan Ipen. Mereka suami-istri, sepupunya Ai. Dari situ, mau pergi ke manapun, kami dianter sama Ayu dan Ipen.

Dari bandara, kami diajak makan siang dulu nih, di Suranadi. Di sana dikenal sebagai tempat makan sate rembiga dan plecing kangkung yang enak, sambil bisa lihat monyet-monyet yang berkeliaran. Kalo lo pernah denger warna abu-abu monyet, iyap, monyet abu-abu monyet itulah warna monyet yang ada di sana. Apaan, sih?

Gue sih, biasa aja ya sama makanannya. Enak-enak aja. Dan oh iya, di sana banyak ibu-ibu berbakul yang jualan sate rembiga. Sepertinya kalo lo beli secara random dari ibu-ibu di sana, bakal enak-enak juga. Yang gue takutin adalah monyetnya. Males banget kalo udah nyamperin... trus pergi meninggalkan begitu saja. Apaan, sih?

Sate rembiga, adalah sate yang terdiri dari macam-macam jenis daging. Bisa daging sapi, bisa daging ayam. Itu kalo gue ngga salah ingat, ya. Bumbunya seperti bumbu kacang, tapi rasanya beda. Mungkin bumbu yang beda inilah yang bikin kenapa dinamakan sate rembiga ya. Abis tu, plecing kangkung. Sebelumnya gue udah pernah makan, tapi yang asli di sini, plecing kangkungnya pedes banget, cuy! Gue ngga kuat makannya. Gue kasih ke Ai. Sebagai mantan anak Tata Boga, kok kayaknya agak ada yang kurang gitu, kalo gue ngga bahas makanan ini. Padahal gue juga lupa lupa ingat. 


Plecing Kangkung, Sate Rembiga, Lontong, Nangka

Dah kenyang banget tuh. Ditraktir pula ternyata. Makasih, Ayu dan Ipen. Dari situ, kami diajak jalan lagi, ke rumah omnya Ai, di daerah Gunung Sari. Silaturahmi sekalian setor muka sama saudara, haha. Gue udah ngantuk banget, asli, udah ngga synchronize (sinkron, yaela), udah pengen buru-buru ke hotel, pengen mandi. Pernah ngga sih, lo, ngerasain rungsing, bete, bad mood, gara-gara belum mandi? Kayak gitu. Mandi adalah salah satu cara yang membikin mood seseorang jadi lebih baik. Selain itu, gue juga penasaran banget sama hotel yang baru udah di-booking tadi pagi sebelum boarding. Soalnya random banget milihnya. Tapi ngga high-expectation juga sih.

Sorenya, akhirnya gue dan Ai diantar ke hotel yang udah kami booking (dadakan sebelum boarding) tadi pagi.

AKHIRNYAAA…

Sesampainya di hotel, ngantuk gue langsung ilang, cuy! Hotelnya beyond ekspektasi gue, sih, ini. Bagus ih, hotelnya. Yaa, karena kayak yang tadi gue bilang, random banget milihnya. By the way, gue dan Ai nginep di Aruna Senggigi. Ini sih, kayaknya ngga 1 malam aja nih, di sini. Langsung lah, check in, dikasih welcome drink, dapet card key-nya deh. Alhamdulillah bisa istirahat dengan proper. Sebelum kamarnya berantakan kan ya, sayang nih kalo ngga difoto.








Malamnya, dinner time! Aruna Senggigi ini punya resto di tepi pantai yang letaknya ada di seberang hotel. Kami memutuskan untuk dinner di sana. View pantainya ngga keliatan, soalnya udah malem. Tapi kami makan malam ditemani suara deburan ombak yang merdu.






Pulang dinner, kami iseng keliling-keliling hotel untuk sekedar lihat-lihat.


Happy means un-control facial expression





Ngga sabar banget buat jalan-jalan besok. And because that night was the premier of The Walking Dead Season 6, gue dan Ai nonton dulu. Episode dimana Negan mecah-mecahin kepala temen-temennya Rick pake Lucille dengan eenie meenie miney moo. Gue sempet shock sedikit nontonnya. Dan Glenn kena pukul sampe pecah dong, kepalanya. Look how we begin this trip!

Paginya, siap-siap mau nyebrang ke Gili Trawangan, nih. Kami sarapan di saat mepet jam breakfast udah mau tutup. Jadi restonya udah sepi. Cuma ada beberapa orang.

Semakin diperhatikan, ada seseorang yang semakin terlihat familiar. Itu Dhini Aminarti, kan? Beberapa menit kemudian, Dimas Seto-nya datang. Lah bener tuh. Hmm… apakah semua artis kalo nginep di hotel, makannya mepet-mepet jam breakfast tutup juga biar sepi ya? Kemudian ada beberapa orang yang minta foto bareng. Gue dan Ai masih santai sarapan. Berpikir untuk ngga minta foto. Eh tapi ternyata selesai sarapannya barengan, gimana dong? Di luar resto, akhirnya minta foto bareng. Hahaha.




Siangnya kami dijemput lagi nih, sama Ayu dan Ipen. Ceritanya, mereka mau ngajak gue dan Ai jalan-jalan. Kuy, kita jalan!

Ipen, Ayu, Gue, dan Ai

Sepanjang perjalanan, kami disuguhi pemandangan pantai. Secara random, pantai di sini bagus-bagus banget.


Beli topi biar ngga kepanasan

Sebelum nyeberang, beli tiket boat-nya dulu. Untuk berangkat, kami pakai speed-boat. Biar cepet aja sih, soalnya udah siang menuju sore. Salahnya tadi pagi bangun kesiangan.




Dah sampe, nih. Bener-bener biru airnya, masya Allah. I'm very happy! Dan bener kata orang-orang, Gili Trawangan ini ramai banget sama orang asing. Kami jalan kaki menyusuri pulau. Ngga tau nih, mau diajak ke mana sama Ayu dan Ipen. Sambil jalan, sambil lihat-lihat dan jajan es krim. Cuaca waktu itu cerah tapi agak sedikit mendung. Rencananya pengen lihat sunset nanti sore kalau ngga hujan, berhubung ini sudah masuk musim hujan.




Ternyata kami diajak ke rumah temannya Ipen untuk pinjam sepeda. Sepeda itu lah yang nantinya kami pake untuk jalan-jalan di Gili Trawangan lagi. Sebenernya agak sayang juga sih, karena waktunya cuma sebentar, plus ngga pake itinerary. Ya sudahlah, mari kita enjoy aja.

Kami berhenti di sebuah tepi pantai yang ada restonya. Waktu itu gerimis kecil udah mulai turun. Di tepi pantai, ada spot foto lucu tuh. Kami foto-foto sambil duduk-duduk lucu. Langitnya udah mendung. Huhu. Ngga jadi lihat sunset ini. Dan bener aja, hujan turun. Kami naik sepeda lagi sambil hujan-hujanan, ketawa-ketawa.





Agak disayangkan sebenernya, cuma sebentar, dan besok udah harus pulang. Gue dan Ai berencana untuk kalo ke sini lagi harus yang lama, biar bisa ke banyak tempat. Oke!

Sebelum ke bandara, kami nyari oleh-oleh dulu. Kami dibawa Ayu ke toko mutiara. Gue membeli beberapa untuk dibawa pulang. Kemudian kami juga mampir ke toko oleh-oleh Sasaku. Duh, gue kalap. Bagus-bagus dan banyak banget. Oh iya, dan juga, kami beli sate pusut khas sana untuk dibawa pulang. Sate ini jadi makanan favorit gue banget. Gue beli banyak waktu itu. Hahaha. Dari situ, kami ke bandara, deh.


Sate Pusut, Sate Rembiga, Sop Balungan

Sama Ayu dan Meymey di Sasaku
Sunset-nya muncul pas gue pulang, dong. Huhu

Sedih, karena liburannya udahan. I was beyond happy that time, and I swear I wanna go back!

Thank you, Mbak Epi!
Thank you sodara-sodara di Lombok!




Thank you, Lombok!
See you when I see you.

July 19, 2018

Life Sucks (?)


Akhir-akhir ini gue…

Tunggu, bukan akhir-akhir ini, tapi beberapa tahun terakhir ini, gue merasakan roda kehidupan gue sedang berputar ke bawah. Ya, setidaknya begitulah yang gue rasakan. Dimana semua keadaan gue dulu bisa dibilang baik, seketika semuanya terbalik. Jungkir balik, tapi syukurlah, belum nyungsep.

Gue merasa gamang. Bisa dibilang tidak bisa fokus dan hilang arah. Gue yang dulu yakin bisa melakukan sesuatu dan berhasil, sekarang, seberapa keras pun gue coba, gue selalu terjatuh. You know, kayak waktu Spiderman (yang diperanin Tobey Maguire) ngga yakin sama dirinya sendiri, sampe ngga bisa ngeluarin jaring dan lompat tinggi lagi, meskipun sudah dicoba berkali-kali tetap jatuh, tetap nggak keluar jaringnya. Iya, kayak gitu. Gue ngga tau siapa diri gue. Gue kehilangan faith, kehilangan kekuatan, kehilangan kepercaya-dirian, kehilangan pegangan, walaupun gue terus keep on trying, doing, and having faith. Sementara di luar sana, teman-teman gue sudah menjadi seseorang, punya pegangan, berada jauh di depan. Gue merasa gue sangat menyedihkan.

Akan seperti apa masa depan gue?

Apa yang harus gue lakukan?

Hidup sangat menyebalkan…

Gue, yang selama ini hidupnya lurus-lurus aja, gamang menghadapi fase yang seperti ini. I never think I can be this lame. After all this time, ternyata gue belum bisa apa-apa, ngga ada apa-apanya, sangat lemah.

But to blame anyone or anything…? Sangat tidak bijak, kan?
Belum, gue belum menemukan titik balik dari kehidupan gue. Akan sampai mana diri gue ini? Apa tujuan gue hidup di dunia ini? Gue belum menemukan itu.

Life sucks?

Begini…

Kalau kau merasa hidup ini mengecewakanmu, mungkin bukan kehidupannya yang salah. Mungkin caramu yang payah dalam membuat keputusan? Sehingga kau harus menjalani kehidupan yang seperti sekarang sedang kau jalani ini…

Because, there’s no one or thing deserves to be blamed

But, still life is a choice. You make a decision and you should not regret it whatever the return is. In life, there’s a learning in everything. Everything you do has been written, though. Don’t point your finger, stand tall. You have been won this life since birth.

Yaaaa, kalimat-kalimat di atas memang gue yang bikin dari waktu yang gue habiskan untuk merenung di sela-sela aktivitas gue. Tapi, tetap saja, kadang gue merasa kehilangan semangat kalau ingat-ingat hal yang menyedihkan dan betapa bodoh dan naifnya gue dalam memutuskan sesuatu.

Sounds ungrateful, right?

No worry, walaupun gue sering merasa sedih karena udah ketinggalan jauh banget kayanya dari yang lain, deep inside of my heart, gue amat sangat bersyukur dengan semua yang gue dapatkan di hidup gue.

Keluarga yang sayang banget sama gue

Hubby yang baiiiiiiik banget sama gue, sabar sama omelan-omelan gue, sabar sama ke-nggakjelas-an gue, yang nerima-an banget orangnya.

Saudara-saudara yang baik sama gue

Teman-teman yang baik sama gue

What else for me to not be grateful enough? Lagipula, mungkin ini saatnya buat gue untuk nggak melulu lihat ke atas. Sesekali harus lihat ke bawah. Dengerin omongan orang nggak akan ada habisnya. Harus bisa fokus sama apa yang bisa gue lakukan, dan lakukan itu dengan maksimal. Bukankah harusnya begitu? Gue nggak mau stuck begini-begini aja. Bagaimana dengan mimpi-mimpi tinggi yang gue buat? Gue harus berani.

P.S. Ini adalah catatan dari 13 Juli 2017, dan sepertinya, postingan sebelumnya adalah jawabannya.

June 29, 2018

A Note

Lupa tepatnya sejak kapan, gue mulai menjalani apa yang menjadi jalan hidup gue dengan apa adanya. Tanpa bayangan, tanpa analisis yang detail, tanpa berpikir terlalu panjang tentang apa yang akan terjadi di depan gue nantinya.

Seperti contoh sederhananya, gue tidak sedia payung, tapi hujan turun. Untuk melewatinya, gue mencari cara lain untuk tidak terkena hujan tanpa menggunakan payung.

Apa itu namanya? Improvisasi? Spontanitas?

Ya. Entah kenapa gue merasa lelah dengan melakukan analisa atau berpikir jauh-jauh. Ada perasaan dimana gue ingin benar-benar merasakan hari ini, saat ini, tanpa kegelisahan akan apa yang nantinya bakal terjadi atas keputusan/pilihan yang gue tetapkan sekarang.

Lalu gue mulai menjalani hari-hari gue dengan mengalir dan kadang terkejut dengan kejadian-kejadian yang tidak terduga. Kemudian menghadapinya dengan spontanitas-spontanitas serta kemungkinan-kemungkinan yang bisa gue lakukan.

Pada akhirnya gue merasa takjub dengan apa yg sudah gue lakukan.

Bagaimana gue bisa melakukan itu padahal sebelumnya gue pernah berpikir kalo gue tidak akan berani dan tidak akan bisa melakukannya...?

Seperti saat gue hamil dan melahirkan.

Saat gue hamil, gue selalu tidak bisa membayangkan bagaimana nanti waktu lahiran. Sakit banget kah? Sanggup kah gue? Apa gue bisa? Lalu gue lebih memilih untuk nggak mikirin lebih jauh lagi. Selalu begitu setiap gue ingat lahiran. Pada saat tiba waktunya lahiran, gue masih mengira kalau gue tidak lahiran hari itu, padahal kondisinya gue sudah berbaring di rumah sakit karena air ketuban gue sudah pecah. Gue pasrah, terlebih saat dokter datang dan bilang kalau gue harus melahirkan dengan cara sesar. Bahkan pada saat itu gue masih ngga percaya kalau bayi gue akan benar-benar akan bertemu gue hari itu juga. Namun dalam hati gue ngga berhenti berdoa. Mencoba bayangin gimana nanti prosesnya, gue ngga bisa. Bener-bener ngga ada bayangan sama sekali. Terlebih, pada waktu itu gue ngga merasakan sakit apapun sama sekali. Kontraksi seperti ibu-ibu lain yang hendak melahirkan pun, gue ngga merasakannya. Bahkan lagi, gue yang biasanya takut sama jarum suntik, pada saat itu harus berhadapan secara tiba-tiba dengan 3x suntikan. Infus, cek darah, dan cek alergi. Gue hanya takut sebentar dan pasrah. Mau gimana lagi. Hanya itu satu-satunya jalan. Hingga gue akhirnya benar-benar mengalami sendiri hal yang paling besar yang pernah terjadi di hidup gue, operasi sesar. Tanpa gue kelamaan mikir. Tanpa analisis yang detail. Memang sebelumnya gue pernah baca-baca tentang operasi sesar, tapi tidak pernah gue coba membayangkan yang jauh-jauh lagi. Selama prosesnya berlangsung, dengan keyakinan kalau dokternya sudah profesional dengan hal ini, gue pasrah dan berdoa. Hingga akhirnya gue berhasil melewatinya.

Atau agak mundur lagi ke waktu gue nikahan. Tidak ada bayangan sama sekali nanti di meja akad, di pelaminan rasanya akan kayak gimana. Deg-degan? Malu? Cuma kepikiran dikit aja, gue ngga mau mikirin lama-lama. Bahkan untuk kehidupan setelah menikah, sama sekali ngga ada bayangan akan bagaimana. Hingga (lagi), gue berhasil melewati hari besar itu, dan menjalani kehidupan setelahnya seperti biasa.

Ternyata, ngga terlalu buruk juga. Banyak hal terjadi nggak seperti apa yang dikhawatirkan.

Ya, gue merasakan hidup jadi sedikit lebih sederhana dengan menjalaninya apa adanya tanpa mengkhawatirkan banyak hal akan apa yang bakal terjadi ke depannya.

Sudah gue bilang, gue ingin benar-benar merasakan hari ini, saat ini, detik ini, tanpa mengkhawatirkan apapun. Live by now. Feel the present time.

Walaupun sampai saat ini, gue masih belajar pelan-pelan juga untuk ber-mindset seperti itu.

Time is ticking, right? Why wasting it with worries dan analisa-analisa yg pada akhirnya bisa menjadi sugesti yg buruk? Lalu setelah kejadian, bilang, ‘tuh kan, bener kata gue.’ dengan kecewa padahal diri sendiri yg sudah bersugesti?

No offense
Untuk beberapa hal memang kita butuh mempersiapkan dan memikirkan hingga detail-detailnya

Namun, untuk beberapa hal juga, sepertinya lebih mudah kalau dibawa santai saja